Lalu, apa yang mendorong kenaikan kali ini? Menurut Dong Lijuan, seorang analis di Biro Statistik Nasional, pemicu utamanya datang dari sektor pangan.
Ia memaparkan, harga pangan justru naik 0,2 persen pada November. Padahal, di bulan sebelumnya, sektor ini mengalami penurunan cukup dalam, yaitu 2,9 persen. Perubahan arah yang cukup signifikan ini jelas memberi kontribusi pada angka akhir.
Di sisi lain, ceritanya agak berbeda kalau kita tilik dari sudut pandang produsen. Indeks Harga Produsen (PPI) China, yang memantau harga di tingkat pabrik, justru masih berkubang di zona negatif. Pada November, PPI terkontraksi 2,2 persen secara tahunan. Ini artinya, deflasi di tingkat produsen sudah berlangsung selama 38 bulan tanpa henti. Lama sekali.
Artikel Terkait
Prabowo dan Putin Perkuat Kemitraan, Bahas Isu Global di Kremlin
Mulai 2026, Batas Usia Media Sosial di Indonesia Bakal Dinaikkan
ADB Kucurkan Rp8 Triliun untuk Genjot Kualitas SDM Indonesia
Bea Cukai Pastikan Stok Pita Cukai 2026, Industri Rokok dan Alkohol Tak Terganggu