Lalu, bagaimana cara kerjanya? Kereta ini punya kapasitas 73 tempat duduk dan area bagasi yang lega. Ia dirangkaikan pada 14 perjalanan Commuter Line Merak setiap hari, melayani rute dari Rangkasbitung hingga Merak yang mencakup 11 stasiun. Setiap pengguna diperbolehkan membawa dua koli barang berukuran besar.
Bagi yang ingin menggunakan, syaratnya cukup mendaftar Kartu Petani dan Pedagang. Tiket bisa dibeli sejak H-7, dengan proses boarding yang dimulai lebih awal. Namun begitu, pengguna tanpa kartu pun masih punya peluang. Mereka bisa membeli tiket jika kuota masih tersisa. KAI juga memastikan seluruh sarana telah lulus uji teknis dan sertifikasi, jadi soal keamanan dan kenyamanan tak perlu diragukan lagi.
Di hari pertama operasinya, antusiasme sudah terlihat. Tercatat 95 pengguna memanfaatkan layanan ini. Barang bawaan mereka beragam, mulai dari sayuran segar, olahan makanan tradisional, hingga kerajinan tangan.
Di sisi lain, kehadiran kereta ini juga dilihat sebagai wujud nyata keberpihakan pemerintah. Ia sejalan dengan visi pembangunan dari desa untuk pemerataan ekonomi dan pengentasan kemiskinan. Dengan dukungan kebijakan transportasi yang inklusif dan tarif bersubsidi, akses bagi pelaku usaha rakyat jadi terbuka lebar. Mereka kini bisa mengangkut barang dengan lebih efisien.
Dampaknya diharapkan tak hanya sebatas mempermudah mobilitas. Langkah ini berpotensi meningkatkan pendapatan, memperkuat daya saing, dan pada akhirnya mendongkrak taraf hidup para petani serta pedagang di daerah.
Pada intinya, inovasi ini mempertegas peran KAI. Bukan cuma sebagai operator kereta komersial, tapi juga sebagai motor pemerataan ekonomi yang menyediakan akses sosial inklusif bagi masyarakat luas.
Artikel Terkait
Garuda Pertiwi Naik Peringkat, Tapi Jalan di Asia Masih Terjal
OJK: Ekonomi Global Mulai Stabil, Tapi Risiko Fiskal Masih Mengintai
Wings Air Buka Rute Langsung Malang-Lombok, Liburan Akhir Tahun Makin Lancar
Setengah Abad Mengukir Rumah, BTN Tembus Rp504 Triliun KPR