Selama kunjungannya, Macron juga menyodorkan solusi lain. Ia mendesak agar China lebih banyak berinvestasi langsung di Eropa. "Kita nggak bisa cuma terus-terusan impor. Perusahaan China harus datang ke sini," tuturnya. Ini dianggap sebagai salah satu cara untuk menyeimbangkan neraca perdagangan.
Di sisi lain, ia juga waspada. Macron menilai China punya ambisi besar untuk masuk ke jantung industri dan inovasi Eropa, terutama di sektor-sektor kunci seperti mesin perkakas dan otomotif.
Oleh karena itu, strateginya harus dua arah. Melindungi sektor-sektor yang rentan, tapi sekaligus meningkatkan daya saing industri Eropa sendiri. Kombinasi ini, menurutnya, penting untuk menghadapi persaingan global yang semakin sengit.
Ancaman tarif dari Macron ini muncul di tengah iklim perdagangan dunia yang memang sedang memanas. AS di bawah Donald Trump, misalnya, tahun ini sempat memberlakukan tarif 57% untuk produk China, sebelum akhirnya diturunkan jadi 47% lewat sebuah kesepakatan di bulan Oktober.
Kini, bola ada di pihak China. Apakah Beijing akan mengambil langkah untuk meredakan ketegangan, atau justru membiarkan ancaman Prancis dan mungkin seluruh Uni Eropa itu menjadi kenyataan? Waktulah yang akan menjawab.
Artikel Terkait
BNPB: Pemulihan Bencana di Tiga Provinsi Sumatra Butuh Dana Rp51,82 Triliun
BNPB Beberkan Kerusakan Parah di Aceh: 37 Ribu Rumah Rusak, Puluhan Triliun Dana Pemulihan Dibutuhkan
Prabowo Gandakan Anggaran Bencana, Fokus pada Kebutuhan Bayi dan Perempuan
Harga Pertamax dan Dex Melonjak, Pertalite Tetap Bertahan