Sementara dari kepolisian, Kompol Luthfi Olot Gigantara dari Satreskrim Polresta Bandung mengungkapkan pemeriksaan lapangan menunjukkan perusakan sudah berlangsung sejak awal Oktober. Ada tiga titik yang rusak parah.
"Di Blok Bojong Waru, Desa Margamulya, ditemukan lima hektar tanaman teh telah ditebang dari pangkal batangnya, kemudian dibiarkan mengering," paparnya pada Jumat (28/11/2025).
Kerusakan lebih luas terjadi di Blok Cipicung I, mencapai 8,25 hektar. Sedangkan di Blok Cipicung II sekitar 1 hektar tanaman mengalami nasib serupa.
Yang lebih mengkhawatirkan, tanaman teh yang sudah ditebang itu diduga sengaja dibiarkan mengering untuk dibakar. "Banyak kami dapati tumpukan tanaman teh yang telah dipotong dan diduga akan dibakar," tutur Olot.
Aksi perusakan ini dilakukan diam-diam, bahkan sering pada dini hari saat petugas patroli belum berjaga. Polresta Bandung kini menyiapkan langkah lanjutan, termasuk pemanggilan pihak PTPN VIII dan Kementerian BUMN awal Desember nanti.
Dedi Mulyadi meminta para petani tetap tenang. Ia memastikan penindakan akan segera dilakukan polisi. Instruksi gubernur ini muncul setelah aksi demonstrasi Serikat Pekerja Perkebunan Teh yang menuntut perlindungan bagi PTPN.
Dedi juga mendesak Pemkab Bandung turun tangan, mengingat sudah ada Peraturan Gubernur yang melarang perubahan fungsi lahan teh karena dampak buruknya terhadap lingkungan.
"Kami akan melakukan penyelidikan mendalam untuk mengungkap pelaku serta motif di balik perusakan ini," pungkas Kompol Olot, menegaskan komitmen penegakan hukum.
Artikel Terkait
Pesta Gay di Kuala Lumpur Digerebek, 201 Pria Diamankan Termasuk PNS dan Warga Asing
Purbaya Beri Sinyal PHK Massal, 16 Ribu Pekerja Bea Cukai Terancam Dirumahkan
Sumut Berduka: 17 Tewas dan Ribuan Mengungsi Akibat Longsor-Banjir Bandang
Ibu Arum dan Pengakuan Getir: Dibohongi Suami yang Ternyata Pembunuh Anaknya