ARCB Kritik Penolakan Gelar Pahlawan untuk Soeharto: Dinilai Terlalu Personal

- Sabtu, 08 November 2025 | 23:20 WIB
ARCB Kritik Penolakan Gelar Pahlawan untuk Soeharto: Dinilai Terlalu Personal

Jasa Soeharto dalam Pembangunan Nasional

Menurut Wahyu, jasa Soeharto terhadap pembangunan bangsa tidak bisa dihapus begitu saja oleh perbedaan tafsir politik. Dia mengingatkan selama lebih dari tiga dekade, Soeharto berhasil menjaga stabilitas nasional, menumbuhkan ekonomi rakyat, dan memperkuat pertahanan negara.

"Pak Harto punya catatan panjang dalam pembangunan dan diplomasi. Kita bisa berdebat tentang kekurangannya, tetapi menutup mata terhadap jasanya itu bentuk ketidakadilan sejarah," katanya.

Sejarah Bukan Album Keluarga

Wahyu juga menyindir kecenderungan sebagian elit politik yang masih melihat sejarah sebagai milik keluarga, bukan bangsa. "Sejarah bukan album keluarga, apalagi tempat menyimpan sakit hati. Sejarah adalah cermin bangsa untuk menatap masa depan," tegas Wahyu.

ARCB mendorong pemerintah untuk segera mempertimbangkan pemberian gelar pahlawan nasional bagi Soeharto sebagai bentuk penghormatan atas jasa kepemimpinannya. "Kami di Cirebon masih merasakan hasil nyata dari kebijakan Orde Baru, mulai dari pertanian, pendidikan, hingga infrastruktur. Itu bagian dari sejarah pembangunan yang tak bisa dihapus hanya karena perasaan," ujarnya.

Ajakan untuk Berdamai dengan Sejarah

Wahyu mengajak seluruh pihak untuk menempatkan sejarah secara proporsional. "Bangsa besar bukan yang hidup dari luka, tetapi dari penghormatan terhadap mereka yang telah berjuang. Mengakui jasa Soeharto bukan berarti melupakan Soekarno, justru itu cara terbaik untuk menjaga keseimbangan sejarah Indonesia," pungkas Wahyu.


Halaman:

Komentar