Gus Ulil Abshar Abdalla mengaku sedang dibombardir. Serangan itu datang lewat telepon dan pesan WhatsApp, isinya penuh makian dan ancaman. Kejadian ini berlangsung sejak kemarin hingga pagi tadi, Senin (1/12/2025).
“Dari kemarin hingga pagi ini saya mendapat serangan. Dibombardir telp dan wa ndak berhenti-henti,” tulisnya di Facebook.
Semua komunikasi yang masuk bernada negatif, menghujat dirinya. Serangan ini diduga kuat terkait dengan bencana alam yang belakangan melanda sejumlah daerah, terutama di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. “Isinya makian dan ancaman. Sekian, harap maklum,” pungkasnya singkat.
Di sisi lain, netizen ramai-ramai mengunggah kembali sebuah video wawancara lama. Tayangan dari Kompas TV tanggal 12 Juni 2025 itu menampilkan perdebatan sengit antara Gus Ulil dan Iqbal Damanik, Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia. Topiknya soal tata kelola hutan dan ekosistem.
Dalam wawancara itu, Iqbal melontarkan pertanyaan kritis. Ia mempertanyakan apakah ada satu pun proyek pembalakan atau pertambangan di Indonesia yang berhasil mengembalikan lokasi konsesi ke kondisi ekosistem awal melalui reboisasi atau reklamasi.
“Tunjukkan satu saja ada konsesi yang berhasil mereklamasi, mereboisasi, kembali ke ekosistem awal. Tunjukkan satu saja di mana wilayah pertambangan di Indonesia ini kembali ke ekosistem awalnya. Nggak ada,” kata Iqbal tegas.
Gus Ulil justru balik mempertanyakan maksud pertanyaan itu. Ia menyinggung, apa kepentingan seorang aktivis untuk mengembalikan kondisi ke ekosistem awal.
“Kenapa anda begitu peduli untuk mengembalikan ekosistem awal,” tanya Gus Ulil.
Respons itu rupanya mengejutkan Iqbal. Baginya, jawabannya sederhana: karena manusia butuh. “Karena kita butuh, Gus. Dan itu wajib,” sahutnya.
Bagi Gus Ulil, sikap seperti itu keliru. Ia bahkan menyebutnya sebagai “Wahabisme Lingkungan”. Menurutnya, kawasan konsesi tak perlu dikembalikan ke keadaan semula karena itu adalah bagian dari dinamika sejarah yang terus berubah. Ia bercerita, dulu di masa kecilnya banyak lahan bermain dan sawah. Kini, karena pertambahan penduduk, ekosistem itu berubah jadi permukiman atau area ekonomi.
Artikel Terkait
Bobby Nasution dan Raja Juli Antoni Didesak Bertanggung Jawab atas Banjir Bandang Sumut
Permintaan Maaf BNPB Hanya untuk Bupati, Korban Banjir Bandang Tapsel Masih Menunggu
Rehabilitasi Prabowo Bebaskan Ira Puspadewi dari Cekal dan Tahanan KPK
KPK Tangkap Dua Tersangka Kasus Suap Lelang Proyek Stasiun Medan