Rapat Syuriyah PBNU Soroti Langkah Gus Yahya Undang Pembicara Terafiliasi Zionis

- Sabtu, 22 November 2025 | 09:25 WIB
Rapat Syuriyah PBNU Soroti Langkah Gus Yahya Undang Pembicara Terafiliasi Zionis

Memang, Gus Dur pada 1999 pernah membuka wacana hubungan diplomatik dengan Israel. Dia dikenal dekat dengan Simon Peres, yang bersama Yitzhak Rabin dan Yasser Arafat meraih Nobel Perdamaian 1994. Tapi sama seperti Soeharto, Gus Dur memberi syarat berat: kemerdekaan Palestina dan penarikan Israel dari Dataran Tinggi Golan.

Insiden lain terjadi pada Agustus 2025. Universitas Indonesia dikritik habis-habisan karena mendatangkan pemikir AS Peter Berkowitz. Rektorat UI mengundangnya sebagai narasumber dalam acara PSAU Program Pascasarjana.

Berkowitz dikenal sebagai pendukung Zionisme. Dalam beberapa tulisannya, dia membela pendudukan Israel di Palestina sebagai hak membela diri. Bahkan dalam artikel The Sinai Option, dia mengusulkan pemindahan warga Gaza ke Sinai, Mesir.

Belakangan terungkap, kunjungan Berkowitz ke UI adalah bagian dari rangkaian acara PBNU. Sebelumnya, dia sudah mengisi empat seminar selama tiga jam di Jakarta pada 15-16 Agustus 2025.

Dalam tulisannya di laman peterberkowitz.com, Berkowitz mengaku kegiatan itu diikuti 25 peserta yang merupakan anggota NU. “Sekitar 25 peserta seminar adalah anggota Nahdlatul Ulama (NU) yang berkantor pusat di Jakarta dan dengan 150 juta pengikut, merupakan organisasi Muslim independen terbesar di dunia,” tulisnya. Peserta terdiri dari profesor, kolumnis, kepala sekolah asrama NU, dan banyak tokoh lain.

Acara yang dia hadiri adalah Akademi Kepemimpinan Nasional Nahdlatul Ulama (AKN NU) program kaderisasi tertinggi PBNU yang digelar Juni hingga Desember 2025. Tujuannya melatih kader terbaik NU memahami peta geopolitik global.

Fakta lain: Berkowitz didatangkan ke UI atas usulan Gus Yahya, yang juga Ketua MWA UI. Bahkan, sebelum ke Indonesia, Berkowitz tercatat mengajak Gus Yahya makan siang saat lawatannya ke AS pada September 2024.

Dilansir dari website jatim.nu.or.id, Gus Yahya kala itu berdiskusi dengan sejumlah tokoh The Heritage Foundation think tank berpengaruh di Partai Republik.

Gus Yahya kembali meminta maaf. “Usulan saya menghadirkan salah satu narasumber pada acara Pengenalan Sistem Akademik Universitas, Program Pascasarjana UI, tanggal 23 Agustus 2025, kurang disertai kecermatan dalam memeriksa latar belakangnya. Hal ini menimbulkan keresahan dan memengaruhi marwah Universitas Indonesia sebagai kampus perjuangan yang konsisten mendukung kemerdekaan Palestina. Saya menyesal atas kelalaian ini. Dengan penuh kerendahan hati, saya memohon maaf kepada pimpinan Ul, dosen, mahasiswa, tenaga kependidikan, dan alumni,” demikian pernyataan resminya.

Gus Yahya mengakui pernah beberapa kali berkunjung ke Israel bahkan sebelum jadi ketua umum PBNU.

Dia beralasan, kunjungan itu untuk menyelesaikan masalah secara komprehensif. "Saya memang sejak awal berpikir bahwa diperlukan engagement yang komprehensif untuk merintis upaya-upaya menyelesaikan masalah, karena itu saya datang ke Israel," ujarnya dalam konferensi pers di Plaza PBNU, Jakarta, Selasa (31/10/2023).

Di sana, dia mengaku bertemu berbagai pihak, termasuk PM Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden Israel saat itu, Reuven Rivlin. “Dan menyampaikan pikiran-pikiran tentang keharusan diwujudkannya perdamaian di sana,” kata Gus Yahya.

Tapi dia mengakui, Pemerintah Israel sejauh ini belum mau mendengar aspirasi perdamaian yang disampaikannya.

"Nah, sejauh ini seperti yang kita lihat, pihak-pihak yang berwenang di Israel, Pemerintah Israel ini masih belum mau mendengar dan belum mau bertindak untuk memenuhi aspirasi perdamaian ini," ujar kakak dari mantan menteri agama Yaqut Cholil Qoumas itu.


Halaman:

Komentar