Perbedaan antara kedua pendekatan ini tidak berarti keduanya tidak dapat berjalan beriringan. Justru, ketika dipadukan, jurnalisme dapat mencapai bentuknya yang paling ideal:
Fakta yang Disampaikan dengan Pendekatan Manusiawi
Berita tetap akurat dan terverifikasi, namun tidak kehilangan konteks kemanusiaan yang membuatnya relevan dengan kehidupan nyata.
Kisah Manusia yang Tetap Berbasis Fakta
Narasi penuh emosi tetap dijaga dengan standar verifikasi yang ketat sehingga tidak berubah menjadi sekadar cerita fiksi.
Publik Mendapatkan Informasi dan Makna Sekaligus
Informasi yang kuat meningkatkan literasi publik, sementara sentuhan humanistik membangun kepedulian dan empati.
Di era polarisasi dan kelebihan informasi seperti sekarang, model hibrida ini bukan sekadar pilihan ideal, melainkan kebutuhan mendesak.
Tantangan Kontemporer: Industri Media dan Teknologi Digital
Dalam praktiknya, idealisme jurnalisme harus berhadapan dengan realitas industri media dan algoritma platform digital.
- Konten berkualitas sering dianggap "terlalu berat" untuk konsumsi massal
- Karya jurnalistik humanistik dianggap "terlalu panjang" untuk perhatian yang terbatas
- Tekanan rating, iklan, dan metrik klik mempengaruhi keputusan redaksional
Akibatnya, banyak media tergoda mengambil jalan tengah yang keliru: menggunakan judul yang provokatif tanpa kedalaman analitis, atau menyajikan analisis yang kering tanpa jiwa dan empati.
Di sinilah pentingnya integritas ruang redaksi untuk mempertahankan kualitas sekaligus membela nilai-nilai kemanusiaan dalam setiap cerita, bukan sekadar mengejar angka dalam laporan.
Kesimpulan: Menemukan Keseimbangan dalam Jurnalisme Modern
Jurnalisme berkualitas mengajarkan kita untuk memahami kebenaran melalui fakta dan data.
Jurnalisme humanistik mengajarkan kita untuk merasakan kebenaran melalui empati dan pengalaman manusia.
Keduanya sama-sama penting — dan ketika bertemu, terciptalah jurnalisme yang tidak hanya informatif, tetapi juga memanusiakan. Di tengah zaman ketika kebenaran mudah dimanipulasi, jurnalisme yang mampu menghadirkan ketepatan data sekaligus kehangatan manusia menjadi harapan terakhir agar masyarakat tetap berpikir jernih, bersikap kritis, dan menjaga empati.
Benz Jono Hartono
Praktisi Media Massa, Vice Director Confederation ASEAN Journalist (CAJ) PWI Pusat dan Executive Director HIAWATHA Institute di Jakarta
Artikel Terkait
Kisah Herlambang Korban Scammer Kamboja: 10 Orang Kabur, Tips Waspada Penipuan Kerja LN
Rekonstruksi Penculikan Muhammad Ilham: 57 Adegan dan 17 Tersangka Diungkap
Pesan Inspiratif Prabowo Subianto untuk Pendidikan Indonesia & Program Digitalisasi
Waspada Modus Baru! Otoritas Palestina Ungkap Upaya Pengusiran Warga Gaza ke Afrika Selatan