Penolakan ini memperumit upaya diplomatik yang tengah digalang oleh negara-negara Eropa untuk meredam ketegangan di kawasan. Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Inggris, Jerman, dan Prancis telah menyatakan kekhawatiran serius atas eskalasi konflik Israel-Iran yang dinilai bisa memicu perang regional terbuka.
Israel memulai serangan udara ke Iran sejak Jumat pekan lalu dengan dalih mencegah pengembangan senjata nuklir oleh musuh lamanya. Iran merespons dengan serangan balasan menggunakan rudal dan drone. Meski mengklaim program nuklirnya damai, Iran tidak tinggal diam atas serangan tersebut.
Sejak pecahnya konflik udara antara kedua negara dua pekan lalu, ratusan korban jiwa telah dilaporkan. Menurut data Human Rights Activists News Agency (HRANA), sedikitnya 639 orang tewas di Iran akibat serangan udara Israel, termasuk di antaranya para petinggi militer dan ilmuwan nuklir. Di sisi lain, Israel melaporkan sedikitnya dua lusin warga sipil tewas akibat gempuran rudal Iran. Namun, Reuters menyebut belum dapat memverifikasi secara independen jumlah korban dari kedua belah pihak.
Ketegangan ini juga menarik perhatian kekuatan besar dunia. Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping sebelumnya salin berkomunikasi lewat telepon pada Kamis, 19 Juni 2025. Keduanya mendesak gencatan senjata dan menuntut semua pihak menahan diri.
Namun hingga kini, serangan masih terus berlangsung dan peluang untuk negosiasi damai tampak semakin jauh. Saat ini, dunia menanti hasil pertemuan Menlu Iran Abbas Araghchi dengan para menteri luar negeri dari Jerman, Prancis, dan Inggris di Jenewa
Sumber: inews
Artikel Terkait
Viral Tatapan Sinis Miss Israel ke Miss Palestine di Miss Universe 2025, Begini Kronologinya
Krisis Gaza: Bantuan Terhambat Picu Kelaparan Ekstrem Pasca Gencatan Senjata
Turkiye Keluarkan Surat Penangkapan untuk PM Israel Netanyahu Terkait Kejahatan Perang di Gaza
Laura Loomer Peringatkan Ancaman Wali Kota Muslim New York bagi AS & Israel