BRIS, BJBR, dan BBCA juga mencatatkan kinerja solid, sementara BBNI dan BMRI masih terbebani penurunan NIM dan melambatnya penyaluran kredit.
Dari sisi laba, kinerja 9M25 turun 4,4 persen YoY akibat pelemahan bank-bank besar yang mencatat kontraksi laba 5,2 persen YoY. Sebaliknya, BRIS dan BBTN menonjol dengan pertumbuhan positif berkat pembiayaan ritel dan emas yang kuat, pengendalian biaya, serta penyesuaian bunga yang efektif.
BBCA juga disebut tetap defensif dengan pertumbuhan stabil.
Pertumbuhan kredit sendiri melambat menjadi 8,6 persen YoY seiring ketatnya likuiditas dan melemahnya permintaan debitur. Hanya BRIS, BMRI, dan BBNI yang mampu menjaga pertumbuhan dua digit.
Margin bunga bersih (NIM) turun ke 5,3 persen, tertekan penurunan dana murah (CASA) dan biaya dana yang masih tinggi. Namun ada kabar baik: pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) melesat menjadi 11,8 persen YoY, didorong suntikan Rp200 triliun dana pemerintah ke BUMN.
Likuiditas perbankan menguat, tercermin dari rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (LDR) yang turun menjadi 89,5 persen karena aliran dana masuk melampaui pertumbuhan kredit.
Kualitas aset pun relatif stabil, dengan biaya kredit (CoC) di 1,4 persen dan kenaikan kredit bermasalah (NPL) yang bersifat terbatas. Rasio kredit berisiko (LAR) menurun di sebagian besar bank, menandakan kesehatan debitur membaik.
Meski demikian, rasio cakupan LAR sedikit turun seiring normalisasi provisi dan beberapa penghapusan kredit bermasalah.
Keputusan pembelian atau penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.
Artikel Terkait
KAI Siapkan 49,6 Juta Kursi Kereta untuk Gelombang Mudik Nataru 2025
Hildan Safety: Mitra K3 yang Utamakan Solusi, Bukan Sekadar Transaksi
Larry Page Geser Larry Ellison, Dua Pendiri Google Kuasai Papan Atas Orang Terkaya Dunia
MDLA Pacu Layanan Farmasi dengan Strategi Digital dan Kecerdasan Buatan