Investor Asing Serbu Saham Blue Chip, Ini Deretan Pilihannya

- Selasa, 25 November 2025 | 07:55 WIB
Investor Asing Serbu Saham Blue Chip, Ini Deretan Pilihannya

Geliat pasar saham belakangan ini cukup menarik perhatian. Dalam sebulan terakhir, minat investor asing terhadap saham-saham blue chip kembali menguat, terutama pada deretan bank besar dan emiten telekomunikasi. Aksi borong mereka yang meningkat ini seolah menangkap sinyal teknikal yang mulai menunjukkan potensi pembalikan arah.

Pengamat pasar modal Michael Yeoh mengonfirmasi tren ini. "Melihat data selama satu bulan ke belakang, terlihat akumulasi yang cukup masif oleh investor asing di saham-saham bluechip, terutama di bank besar, seperti BMRI, BBRI, BBNI dan BBCA serta emiten telekomunikasi TLKM," ujarnya.

Ia melanjutkan, "Dari sisi teknikal, saham-saham ini mengalami potensi reversal, dan ini juga sejalan dengan potensi Bank Indonesia (BI) yang akan memangkas suku bunga ke depan."

Data Bursa Efek Indonesia (BEI) pun membuktikan hal tersebut. BBCA membukukan aksi beli bersih (net buy) asing Rp3,4 triliun di pasar reguler, diikuti kenaikan harga 1,80 persen ke level Rp8.475 per saham.

BMRI tidak kalah menonjol dengan net buy Rp3 triliun, yang mendongkrak sahamnya 15,12 persen dalam sebulan ke Rp5.100 per unit. BBRI juga menikmati aliran dana asing sebesar Rp726,04 miliar, mendorong harga saham naik 4,19 persen ke Rp3.980.

Di sisi lain, BBNI mencatat net buy Rp598 miliar, yang turut mengangkat sahamnya 3,54 persen ke Rp4.390 per saham. Tak ketinggalan, saham TLKM juga menjadi incaran dengan net buy asing Rp1,78 triliun selama sebulan, menguat 10,12 persen.

Sementara itu, laporan terpisah dari RHB Sekuritas memberikan gambaran yang agak berbeda. Mereka menilai kinerja perbankan Indonesia pada sembilan bulan di 2025 menunjukkan pemulihan yang stabil namun belum merata.

Dalam riset yang terbit pada 24 November 2025, RHB mempertahankan rekomendasi overweight dengan empat saham unggulan, yakni BBCA, BBNI, BRIS, dan BBTN.

RHB mencatat bahwa pertumbuhan pendapatan operasional sebelum pencadangan (PPOP) sektor perbankan hanya naik tipis 0,8 persen secara tahunan, mencerminkan pemulihan dua kecepatan. BBTN menjadi penopang utama berkat efisiensi operasional dan penyesuaian pendapatan bunga.


Halaman:

Komentar