Sebelumnya, Wakil Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, KH Abdul Muiz Ali menilai, fenomena paham Salafi masuk ke masjid-masjid karena ormas Islam besar di Indonesia mulai jarang mengisi kajian.
"Saya kira fenomena di masyarakat begitu. Soalnya begini, juga perlu dipahami bahwa kadang dari kita kelompok NU atau Muhammadiyah itu jarang ngisi-ngisi di masjid," ujar Kiai Muiz saat dihubungi Republika, Rabu (15/5/2024).
"Begitu ada kelompok salafi "mengambil alih", akhirnya kita teriak. Mestinya kan tidak demikian ya. Masjid-masjid kita isi," ucap dia.
Alumnus Ponpes Sidogiri ini mengatakan, dalam kehidupan masyarakat Indonesia, kelompok Salafi tersebut biasanya cenderung tertutup. Bahkan, mereka kerap mengkafirkan kelompok lain.
"Salafi itu cenderung memang tertutup. Kalau bukan kelompoknya dianggap salah, dianggap kafir, dianggap musyrik. Itu salahnya mereka dalam beragama terlalu kaku," kata dia.
Terkait perebutan masjid, kata dia, sebenarnya tidak bersentuhan langsung dengan persoalan amal ibadah yang diyakini oleh kelompok Salafi atau non-Salafi. Menurut dia, perlu dibedakan antara persoalan satu kelompok dan kelompok lain yang berbeda dalam memahami agama.
"Dalam hal hal yang bersifat furu', NU dan Muhammadiyah juga berbeda kan gitu tuh. Sama juga dengan Salafi," jelas Kiai Muiz.
Namun, menurut dia, terkait dengan perebutan masjid perlu juga dipahami kenapa terjadi seperti itu. "Saya kira kalau masjid orang NU dijaga, diisi, diramaikan, tidak akan terjadi seperti yang ramai sekarang ini," kata dia.
Sumber: republika
Artikel Terkait
Defisit Dagang AS Anjlok 24%, Sentuh Rp997 Triliun di Tengah Gempuran Tarif Trump
Semeru Muntahkan Awan Panas 14 Kilometer, Status Siaga Jadi Awas
Tahun Depan, QRIS Bisa Langsung Scan untuk Kulineran di Beijing dan Seoul
Nasib Mantan Dirut ASDP Ira Puspadewi Ditentukan Hari Ini dalam Sidang Korupsi Rp1,2 Triliun