Jadi, harapannya jelas: kesepakatan yang menguntungkan kedua negara bisa segera difinalisasi. Manfaat ekonominya tentu dinanti-nanti.
Lantas, dari mana kabar buruk itu berasal? Rupanya, sumbernya adalah laporan kantor berita Reuters beberapa waktu lalu. Mereka mengutip seorang pejabat AS yang tidak disebutkan namanya. Pejabat itu menuding Indonesia dianggap tidak memenuhi beberapa komitmen yang sudah disepakati sebelumnya, tepatnya dalam pembahasan Juli 2025 lalu.
Namun begitu, tudingan itu terkesan samar. Pejabat AS tersebut tidak merinci sama sekali komitmen apa yang konon dilanggar oleh Indonesia. Ketidakjelasan ini, wajar saja, memicu spekulasi lebih lanjut. Apalagi batas waktu penyelesaian perundingan disebutkan akan berakhir di penghujung tahun ini.
Sejatinya, hubungan dagang kedua negara ini memang jadi sorotan akhir-akhir ini. Perjanjian tarif yang digodok disebut-sebut punya potensi besar. Ia bisa membuka akses pasar AS lebih lebar untuk berbagai produk kita, mulai dari manufaktur hingga komoditas. Pemerintah sendiri sebelumnya kerap menyebut bahwa kerja sama ini bakal meningkatkan daya saing ekspor dan menstabilkan hubungan ekonomi jangka panjang.
Nah, sekarang kita tinggal menunggu. Dinamika masih berlangsung, tapi pihak pemerintah memastikan semuanya masih di track yang benar. Mari kita lihat bagaimana kelanjutannya.
Artikel Terkait
Target 2026: Internet Merata di Semua Desa, Indeks Digital Indonesia Naik
BP BUMN Dukung Transformasi Peruri, Tata Kelola Jadi Fondasi Utama
Kesepakatan Dagang Indonesia-AS Diambang Batal, AS Tuding Jakarta Ingkar Janji
Setelah 15 Tahun, Kitchenette Resmi Kantongi Sertifikasi Halal