Nah, dari sisi akademisi, Dr. Erna Setyaningrum dari ITS mengungkapkan latar belakangnya. Ide Sinala muncul dari persoalan nyata di lapangan.
“Selama ini operasional melaut sangat bergantung pada BBM. Melalui Sinala, kami tidak hanya mendorong pengurangan penggunaan BBM, tetapi juga peningkatan produksi tangkap ikan,” tutur Erna.
Caranya? Lampu Lamusa yang ditenagai surya itu bisa menarik plankton sumber pakan alami ikan. Ditambah lagi, sistem keamanan berbasis IoT dan machine learning dipasang untuk mengawasi keramba, mengurangi risiko pencurian.
Respon dari pemerintah setempat pun ternyata positif. Kepala Desa Ngemboh, Ana Muslihah, menyambut baik kehadiran teknologi ini.
“Kami berterima kasih kepada PT Orela dan para peneliti ITS atas inovasi ini yang sangat membantu para nelayan. Kami berharap program ini benar-benar memberikan manfaat nyata bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa Ngemboh,” ungkapnya.
Apresiasi serupa datang dari Camat Ujung Pangkah, Shofwan Hadi. Ia berharap sinergi antara masyarakat, pelaku usaha, dan akademisi seperti ini bisa terus berjalan.
Pada akhirnya, program Sinala ini diharapkan bukan sekadar proyek percontohan. ELPI dan Orela membayangkannya sebagai model yang bisa direplikasi di berbagai wilayah pesisir Indonesia. Tujuannya menciptakan ekosistem maritim yang lebih efisien, aman, dan tentu saja, ramah lingkungan. Jika berhasil, ini bisa jadi langkah awal hilirisasi teknologi maritim yang benar-benar menyentuh kebutuhan masyarakat.
(Shifa Nurhaliza Putri)
Artikel Terkait
Pelabuhan Terbuka, Penumpang Nataru Dijamin dengan Sistem Berlapis
Akses Jalan Nasional Aceh Mulai Pulih Pasca Banjir Bandang
Hodak Tegaskan Fokus ke Malut, Bukan Mimpi Final Lawan Ronaldo
Menteri Kelautan Korsel Mundur di Tengah Badai Dana Gereja Unifikasi