Presiden Benin Selamat dari Kudeta, Namun Bayang-Bayang Otoritarianisme Menggantung

- Senin, 08 Desember 2025 | 07:50 WIB
Presiden Benin Selamat dari Kudeta, Namun Bayang-Bayang Otoritarianisme Menggantung

Puncak Karier: Menjadi Presiden

Tahun 2016 menjadi titik balik. Talon maju dalam pemilihan presiden dan menang. Janjinya waktu itu jelas: reformasi ekonomi, perang melawan korupsi, perbaikan infrastruktur. Tapi gaya kepemimpinannya segera menuai polemik. Revisi undang-undang pemilu yang dia dorong dinilai banyak kalangan membelenggu oposisi.

Pada 2021, dia terpilih lagi untuk periode kedua. Pemilu itu sendiri diselimuti kontroversi karena partisipasi oposisi yang sangat minim, akibat berbagai rintangan hukum dan birokrasi yang menurut pengamat diciptakan untuk mempersulit mereka.

Badai Kudeta dan Keselamatannya

Lalu datanglah percobaan kudeta Minggu lalu itu. Menurut sejumlah saksi, sekelompok personel militer yang tidak puas berusaha merebut kendali. Untung bagi Talon, pasukan loyalis bereaksi cepat dan menggagalkan aksi tersebut. Presiden selamat, kendali pemerintahan tetap di tangannya.

Tapi insiden ini membuka mata banyak pihak. Benin, yang sering disebut sebagai contoh demokrasi stabil di Afrika, ternyata menyimpan kerapuhan yang dalam. Ketegangan politik ternyata belum reda.

Warisan Kontroversial

Jadi, bagaimana menilai kepemimpinan Talon? Di satu sisi, dia dipuji karena pembangunan infrastruktur yang masif, perbaikan sistem perpajakan, dan pertumbuhan ekonomi. Hasilnya nyata.

Di sisi lain, kritik pedas terus mengalir. Ruang gerak oposisi dibatasi, aturan pemilu diperketat, independensi lembaga demokrasi dikikis, dan kekuasaan eksekutif diperkuat secara signifikan. Talon adalah gambaran sempurna pemimpin yang efektif sekaligus kontroversial.

Kini, setelah lolos dari ancaman di ujung senjata, tantangan terbesarnya mungkin adalah memulihkan kepercayaan dan merajut kembali stabilitas negara yang mulai retak.


Halaman:

Komentar