Presiden Benin Selamat dari Kudeta, Namun Bayang-Bayang Otoritarianisme Menggantung

- Senin, 08 Desember 2025 | 07:50 WIB
Presiden Benin Selamat dari Kudeta, Namun Bayang-Bayang Otoritarianisme Menggantung

JAKARTA Negeri kecil di Afrika Barat itu kembali gempar. Minggu lalu, tepatnya 7 Desember 2025, Presiden Benin Patrice Talon selamat dari sebuah percobaan kudeta militer. Upaya penggulingan itu memang akhirnya digagalkan, tapi peristiwa ini jelas menambah beban politik Talon. Stabilitas negara yang dulu dipuji-puji, kini tampak goyah.

Di sisi lain, sosok Talon sendiri memang tak pernah lepas dari kontroversi. Pria berusia 67 tahun itu dikenal tegas, punya latar belakang bisnis yang kuat, dan gaya kepemimpinan yang oleh sebagian orang disebut pragmatis, oleh yang lain dibilang otoriter.

Dari Kota Pesisir Ouidah

Semuanya berawal dari Ouidah. Di kota pesisir bersejarah itulah Patrice Guillaume Athanase Talon lahir, 1 Mei 1958. Keluarganya sederhana, tapi sangat menekankan pentingnya pendidikan. Talon pun merantau untuk belajar, pertama ke Dakar, Senegal, lalu melanjutkan studi ekonomi dan manajemennya di Prancis. Bakat bisnisnya sudah terlihat sejak muda.

Jalur Cepat Menjadi Raja Kapas

Dia memulai karir dengan berdagang kacang mete. Tapi ambisinya lebih besar dari itu. Talon kemudian banting setir ke industri kapas, dan sukses besar. Perusahaannya mendominasi sektor pengolahan kapas di Benin, mengantarkannya pada julukan "Raja Kapas". Pengaruhnya di dunia bisnis Afrika Barat pun meluas dengan cepat. Dari pedagang, menjadi magnate.

Namun begitu, dunia politik rupanya lebih menggoda.

Masuk ke Gelanggang Politik

Awal 2010-an, Talon memulai petualangan politiknya dengan menjadi pendukung setia Presiden Thomas Boni Yayi. Tapi persahabatan itu tidak abadi. Hubungan mereka retak pada 2012, setelah Talon dituduh terlibat dalam rencana pembunuhan terhadap Yayi.

Talon membantah keras. Dia memilih mengasingkan diri ke Prancis daripada menghadapi tuduhan itu.

Baru setelah ada pergantian kekuasaan dan amnesti diberikan, dia pulang ke Benin.


Halaman:

Komentar