Anggaran yang terbatas tampaknya menjadi penghalang serius bagi pengembangan transportasi laut Indonesia. Kementerian Perhubungan secara terbuka mengakui, belum ada rencana konkret untuk menambah kapal yang menghubungkan pulau-pulau kecil. Padahal, kebutuhan akan konektivitas antarwilayah kepulauan itu sangat mendesak.
Menurut Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Muhammad Masyhud, pemerintah saat ini lebih mengandalkan peran badan usaha. Baik itu swasta maupun BUMN dan BUMD.
"Ceruk APBN cukup terbatas," ujar Masyhud dalam media briefing di Jakarta, Jumat (5/12/2025).
"Karena itu, pengembangan dan pembangunan lebih diarahkan ke pihak swasta, BUMN, BUMD, dan lainnya."
Dia memaparkan, setidaknya ada dua hal utama yang perlu dibenahi. Soal kapal dan muatannya, itu satu sisi. Di sisi lain, pembangunan pelabuhan beserta fasilitas sandarannya tak kalah penting. Untuk yang terakhir, rencana induk sudah disusun. Artinya, dalam beberapa tahun ke depan, pembangunan pelabuhan baru akan mulai ditetapkan.
Namun begitu, persoalan kapal masih mengambang. Pemerintah sendiri belum punya gambaran jelas, berapa sebenarnya jumlah kapal ideal yang dibutuhkan untuk mengarungi perairan Nusantara. Ini jadi pekerjaan rumah yang belum selesai.
Artikel Terkait
Pertumbuhan Uang Primer RI Melambat di November 2025
UMKM Tembus Rp 2,2 Triliun dari Business Matching Hingga November 2025
Pemerintah Tegaskan Bantuan Asing untuk Sumatra Belum Dibuka
Karet-BNI City Ditargetkan Tersambung Sebelum Nataru 2026