Memang ada pemulihan. Di 2021, angka naik jadi 887 ribu unit, didorong program PPnBM DTP. Tren positif berlanjut: 2022 capai 1,01 juta unit, 2023 bertahan di 1,005 juta unit. Tapi tahun lalu, 2024, grafiknya sudah mulai melandai lagi ke 865 ribu unit. Dan sekarang, prediksinya malah lebih rendah.
Lalu, apa penyebabnya? Menurut Yannes Martinus Pasaribu, pengamat otomotif dari ITB, akar masalahnya ada di daya beli.
“Kalau secara umum, pasar otomotif nasional mengalami tekanan berat sepanjang tahun 2025 ini akibat pelemahan daya beli masyarakat, akibat kondisi ekonomi yang menantang menjadi faktor utama yang menekan penjualan barang-barang berharga mahal seperti mobil,” jelas Yannes.
Jadi, sederhananya, kondisi ekonomi yang berat membuat orang berpikir ulang untuk membeli barang mahal seperti mobil. Pasar seperti sedang menahan napas, menunggu angin perubahan yang belum jelas kapan datangnya.
Artikel Terkait
DMasiv Bakal Meriahkan Pesta Rakyat Daihatsu di Lapangan Rampal
Polisi Ungkap Kerangka Bocah Terserak karena Jenazah Cuma Dibuang Sembarangan
D’Masiv Bakal Meriahkan Pesta Rakyat Daihatsu di Malang
PSSI Masih Gelar Wawancara, Dua Nama Asing Jadi Prioritas