Kebakaran dahsyat di Kemayoran, Selasa (9/12) siang itu, benar-benar menyisakan duka. Gedung kantor Terra Drone Indonesia di Cempaka Baru, Jakarta Pusat, ludes dilalap si jago merah. Korban jiwa berjatuhan sedikitnya 22 orang meninggal dunia. Ratusan lainnya berhamburan menyelamatkan diri, sementara yang luka-luka segera dilarikan ke rumah sakit. Di antara korban, ada seorang anggota polisi yang ditemukan dengan luka serius di tangannya.
Suasana saat itu kacau balau. Menurut sejumlah saksi, sebuah ledakan keras terdengar dari dalam gedung, tak lama sebelum api berkobar dan dengan cepat menjalar ke lantai lain. Dugaan sementara, ledakan itu berasal dari baterai drone yang tersimpan di sebuah ruangan. Asap tebal memenuhi koridor, membuat evakuasi jadi sangat sulit. Meski petugas pemadam berhasil mengevakuasi puluhan karyawan, banyak pula yang terjebak di dalam karena jalur penyelamatan nyaris tak terlihat.
Di Balik Asap, Jejak Panjang Terra Drone
Di balik tragedi yang viral itu, publik pun mulai menyoroti siapa sebenarnya Terra Drone. Perusahaan ini bukan pemain baru. Mereka adalah raksasa di bidang layanan drone survei udara, berbasis di Jepang dan beroperasi global sejak 2016. Di Indonesia, mereka punya peran yang cukup signifikan.
Lewat divisi Terra Agri, mereka aktif menggarap pertanian presisi. Salah satu pekerjaan mereka yang cukup dikenal adalah pemetaan dan pengelolaan lahan perkebunan kelapa sawit di Sumatra, yang sudah berjalan beberapa tahun. Bahkan pada 2021, mereka bekerja sama dengan International Finance Corporation (IFC) untuk penelitian penggunaan drone memantau petani sawit swadaya di Riau.
Artikel Terkait
Ustaz di Sumenep Divonis 20 Tahun Penjara dan Kebiri Kimia Usai Cabuli Delapan Santriwati
Korban Kebakaran Terra Drone Mulai Dikenali, 10 Jenazah Sudah Teridentifikasi
Keputusan Naik ke Atap Selamatkan 19 Karyawan Terra Drone dari Kobaran Api
Gus Ipul Ingatkan Penggalang Dana: Izin dan Lapor, Jangan Cuma Semangat