Setelah momen itu, telepon Pariyem sudah tak bisa dihubungi lagi.
Sudah hampir empat tahun gadis itu hidup sendiri di Jakarta. Ayahnya telah tiada. Di perantauan, ia berusaha menggantikan peran itu, menjadi tulang punggung bagi ibunya yang renta.
Kabarnya, sang ibu di Lampung belum tahu bahwa anak bungsunya telah pergi untuk selamanya. Keluarga khawatir, kabar buruk ini bisa membuat kesehatannya drop.
Kini, harapan keluarga sederhana saja. Mereka tak mau menuntut macam-macam atau menyalahkan perusahaan. Yang mereka inginkan cuma satu: jenazah Pariyem bisa segera dibawa pulang ke Lampung.
Ada satu permohonan lain. Mereka mendengar Gubernur DKI akan menanggung biaya penanganan korban. Keluarga berharap bantuan itu juga berlaku untuk Pariyem, yang bukan warga Jakarta.
Alasannya lugas. Keluarga Pariyem bukan keluarga mampu. Biaya ambulans dari dompet pribadi akan sangat memberatkan.
Artikel Terkait
Vape Berisi Obat Bius Senilai Rp 17 Miliar Digerebek Polisi di Medan
Usia 16 Tahun Jadi Batas Buka Akun Media Sosial Berisiko Tinggi
Kasus Pemerkosaan Sopir Online Bongkar Rantai Pemasok Sabu
Ribuan Kayu Bersertifikat Terdampar di Lampung, Kemenhut Bantah Kaitannya dengan Banjir