Roy Murtadho (Aktivis muda NU)
Nah, soal tangkapan layar itu, menurut saya justru keliru. Faktanya, baik Zulhas maupun Raja Juli sudah lama jadi sasaran kritik. Bukan main, kritiknya datang dari para peneliti dan aktivis yang serius. Data lapangan dari kawan-kawan di akar rumput pun sudah banyak beredar.
Bahkan, data JATAM soal tambang sering dijadikan bahan infografis untuk mengkritik pemerintah dan para pendukungnya, termasuk Prabowo. Jadi, anggapan bahwa mereka berdua luput dari kritik? Itu jelas tidak benar.
Lalu, bagaimana dengan posisi Ulil Abshar-Abdalla?
Di sini, perannya lebih bersifat ideologis. Saya ulangi: pernyataan dan posisi politik Ulil berfungsi sebagai "alat ideologis". Fungsinya ya untuk membela, mengukuhkan, dan memberi lampu hijau pada kebijakan-kebijakan yang sebenarnya merusak. Ia melegitimasi kerusakan itu.
Kalau kita pakai kacamata teori segitiga kekerasan, Ulil terlibat dalam apa yang disebut kekerasan kultural. Ini sulit dibantah. Apakah dia turun langsung merusak lingkungan? Mungkin tidak. Tapi pandangan keagamaan dan politik yang dia sodorkan itu justru menegaskan dan membenarkan proses perusakan tersebut. Sudah jelas.
Artikel Terkait
Rektor Asia Tenggara Berdebat: Bisakah Kampus Bertahan Saat AI Gantikan Proses Berpikir?
Helikopter Gubernur Aceh Melayang di Atas Puing Banjir Bandang Nagan Raya
Burkina Faso Berbalik Arah: Hukuman Mati Kembali, Homoseksualitas Dikriminalkan
Tere Liye Soroti Klaim Pejabat Era Zulhas: Pelepasan Hutan Itu Cuma Ganti Baju