Spontan, kamera kuangkat lagi. Kujepret momen itu. Sederhana banget. Tangan yang kasar, topi yang lusuh, tapi punya cerita. Di tengah hiruk-pikuk pasar yang sibuk, kehadirannya seperti jeda. Sebuah titik diam di tengah kota yang selalu terburu-buru.
Melihat hasil fotonya nanti, aku jadi tersadar. Dari seorang asing yang tak sengaja kulihat, aku dapat pelajaran. Di dunia yang serba cepat dan penuh tuntutan ini, ternyata masih ada orang yang menjalani hidup dengan pelan. Penuh kesabaran. Dan sangat sederhana.
Jadi, tugas fotografi sore itu memang beres. Tapi yang kudapat bukan cuma sekadar nilai dari dosen. Aku pulang membawa sebuah momen kecil yang bermakna. Sejenak aku diajak melihat lebih dekat kehidupan orang yang biasanya cuma lewat di depan mata. Cerita biasa tentang kesabaran menunggu setoran, dan kesetiaan sebuah becak tua yang setia menghidupi pemiliknya.
Artikel Terkait
Putin Tegaskan Ambisi Merebut Donbas, Jalan Damai Terasa Semakin Berliku
Jokowi Mania Tantang Roy Suryo: Bukti Ijazah Asli Akan Dibuka di Pengadilan
Kampung Ciseah Mekar Terendam, Banjir Lebih Parah dari 12 Tahun Lalu
Direktur PT PMT Ditahan, Limbah Besi Bekas Picu Radiasi Cesium di Cikande