Belum lama ini, dunia pendidikan kembali dihebohkan oleh sebuah insiden di Aceh Besar. Seorang santri di bawah umur nekat membakar gedung asrama putra Dayah Babul Maghfirah. Aksi nekat itu, menurut laporan, didorong oleh rasa frustrasi karena kerap mengalami perundungan atau bullying dari beberapa temannya sendiri.
Merespon kejadian ini, Menteri Agama Nasaruddin Umar angkat bicara. Dalam acara International Conference on Indonesian Islam di UINSA Surabaya, Rabu lalu, ia memberikan pandangannya. Menurutnya, pesantren seringkali hanya dijadikan objek dalam kasus-kasus semacam ini.
"Sebetulnya kalau bullying itu ya aslinya bukan dari pondok pesantren, cuma pondok pesantrennya kadang-kadang jadi objek," ujar Nasaruddin.
Ia tak menampik bahwa lembaga pendidikan manapun bisa menjadi sasaran. Namun begitu, publik menurutnya punya cara sendiri untuk menilai.
"Tapi sehebat apa pun pesantren jadi target dan jadi objek tetapi masyarakat juga akan menilai. Sekarang buktinya bahwa walaupun begitu, pondok pesantren sekarang ini peminatnya semakin bertambah," tambahnya, meyakinkan.
Di sisi lain, Nasaruddin justru melihat fenomena menarik. Sementara banyak sekolah umum yang sepi peminat bahkan sampai harus gulung tikar, minat terhadap madrasah dan pesantren justru menunjukkan tren sebaliknya. Masyarakat, katanya, justru berbondong-bondong memilih kedua lembaga pendidikan itu untuk anak-anak mereka.
Artikel Terkait
Disdikpora Karawang Kirim 100 Siswa Nakal ke Barak Militer Usai Aksi Perundungan Berujung Patah Tulang
Gubernur Lampung Gelar Ngopi Pagi, Ajak 250 Pelaku Usaha Pacu Ekonomi
Waspada, Kaki Bisa Mengunci Saat Main Padel
Jeruk Makan Jeruk: Ironi Pemerasan di Tubuh PROPAM Polri