Kaki Tebing 125 dan Kenangan yang Tak Lekang di Citatah

- Senin, 24 November 2025 | 11:36 WIB
Kaki Tebing 125 dan Kenangan yang Tak Lekang di Citatah

“Bersua dengan teman sejawat pemanjat, mengenang perjalanan adalah kebahagiaan tersendiri bagi saya yang sudah mulai tak lagi muda haha…,” katanya antusias.

Ia mengendarai mobil sendiri dari Bangka demi memenuhi undangan panitia.

Tengah asyik bercengkrama, tiba-tiba seorang sahabat lama datang memeluknya hangat. Letkol Kopassus Ali Anwar rupanya, yang ternyata sudah hadir sejak sehari sebelumnya.

“Ini Bang Ewing, guru panjat saya. Saya masih SMA, beliau sudah jadi pemanjat senior di Bogor. Saya banyak belajar dari beliau,” cerita komandan pembina jasmani prajurit MAKO Kopassus ini.

Citatah memang bukan cuma favorit pecinta alam atau atlet. Tempat ini juga jadi lokasi latihan kalangan militer, termasuk Kopassus.

“Hampir semua jalur pemanjatan di Citatah sudah saya lalui,” ujarnya bangga.

Berkat disiplin berlatih di sini, karirnya di pasukan elit AD bisa ia raih. Ya, Citatah adalah tebing kenangan tempat jejak, peluh, dan mimpi mereka terpatri abadi.

Nama-nama besar seperti Hary Suliztiarto, Djati Pranoto, Mamay Salim, dan banyak lagi pernah menorehkan langkah di sini. Mereka bukan cuma memanjat, tapi menenun makna sejati pecinta alam.

“Ayo datang dan main kesini. kita jaga dan lestarikan Citatah tempat main kita.” Pungkas Djati.

Perayaan Persahabatan

Indonesia Climbing Festival 2025 yang digelar FPTI Jawa Barat di Citatah ternyata lebih dari sekadar event. Menurut Iwan Ichsan, Ketua Panitia, kegiatan ini mengusung semangat “Climb, Connect, Celebrate.” Bukan cuma kompetisi, tapi reuni dan perayaan besar bagi seluruh pecinta alam.

“Ini event udah seperti jadi lebarannya para pemanjat tebing. Sedikitnya 1.000 orang hadir di sini, mereka kebanyakan adalah para pemanjat tebing yang punya kenangan khusus di Citatah,” kata Iwan.

Aku masih di bawah, menatap lekuk tebing curam itu. Api petualangan yang sama masih kurasakan, meski kini hanya dari pandangan mata.

Di tengah lingkaran waktu yang sudah berubah, satu pertanyaan menggoda: Mungkinkah aku bisa memanjat lagi?

Mungkin tubuh tak lagi sekuat dulu. Tapi Citatah, sang guru abadi, mengajarkan sesuatu yang lebih penting dari sekadar ketinggian: keberanian untuk kembali, kesetiaan pada kenangan, dan bahwa petualangan sejati tak pernah berakhir ia hanya menunggu kita mendongak ke atas lagi.

Citatah bukan cuma tebing. Ia monumen hidup bagi keberanian, persahabatan, dan ingatan yang terus memanggil kita pulang.

"Depok, 20 November 2025


Halaman:

Komentar