Maluku: Mata Raksasa Intelijen di Jalur Strategis Indo-Pasifik

- Jumat, 21 November 2025 | 18:00 WIB
Maluku: Mata Raksasa Intelijen di Jalur Strategis Indo-Pasifik

Kerja Sama Intelijen BIN-Australia, Pengamat Amir Hamzah: Maluku Punya Posisi Geopolitik yang Tak Tergantikan

Kolaborasi intelijen antara Badan Intelijen Negara (BIN) dan Australia kembali mencuri perhatian. Kali ini, pembahasan strategisnya menyoroti isu keamanan di kawasan timur Indonesia. Menurut pengamat intelijen dan geopolitik Amir Hamzah, intensifikasi kerja sama ini erat kaitannya dengan posisi sentral Maluku dalam arsitektur keamanan Indo-Pasifik yang semakin kompetitif.

Amir melihat dinamika geopolitik global kini bergerak menuju semacam "kompetisi senyap" di wilayah timur Indonesia. Di sana, jalur laut, kekayaan sumber daya alam, dan stabilitas politik regional punya pengaruh besar terhadap keseimbangan kekuatan di kawasan.

Menurutnya, Maluku bukan cuma sekumpulan pulau penghasil rempah. Lebih dari itu, wilayah ini adalah koridor laut strategis yang menghubungkan Laut Seram, Laut Banda, Laut Arafura, serta jalur internasional dari Samudera Pasifik menuju Samudera Hindia.

Dari sudut pandangnya, Maluku berfungsi sebagai "sabuk peringatan dini" Indonesia. Fungsinya vital untuk memantau setiap pergerakan militer, aktivitas ekonomi, hingga migrasi ilegal yang berpotensi menggoyang stabilitas nasional. Termasuk di dalamnya adalah aktivitas kapal asing, pelintas batas, penyelundupan senjata, dan dinamika di Papua yang kerap menjadi perhatian bersama Indonesia dan Australia.

Di sisi lain, Australia memandang kawasan timur Indonesia sebagai zona penyangga alami bagi keamanan nasional mereka. Maklum saja, Maluku letaknya tidak jauh dari Darwin, yang merupakan salah satu pangkalan militer paling penting bagi Australia.

Amir Hamzah membeberkan beberapa alasan strategis Australia memperkuat kerja sama intelijen dengan Indonesia. Pertama, tentu saja untuk mengamankan jalur perairan di utara Australia dari infiltrasi, penyelundupan manusia, dan ancaman non-tradisional lainnya. Kedua, mendeteksi aktivitas kekuatan besar, terutama yang berkaitan dengan rivalitas geopolitik AS dan China. Ketiga, mitigasi potensi instabilitas di Papua, yang punya keterkaitan historis dan keamanan yang sensitif bagi Australia. Dan yang tak kalah penting, kebutuhan Australia terhadap data intelijen maritim yang lebih presisi di wilayah Banda dan Arafura.

Lalu, apa yang dibutuhkan Indonesia? Menurut Amir, Indonesia perlu menguatkan intelijen di Maluku untuk beberapa kepentingan nasional. Salah satunya adalah deteksi dini ancaman maritim. Maluku berada di jalur yang rawan aktivitas mencurigakan, seperti kapal riset asing ilegal, penangkapan ikan ilegal oleh kapal trans-regional, operasi intelijen asing yang menyamar sebagai aktivitas ekonomi, hingga potensi penyusupan ke wilayah Papua.


Halaman:

Komentar