Keputusan penurunan suku bunga ini tidak bulat, disetujui dengan hasil voting 10-2. Dua pejabat The Fed, Gubernur Stephen Miran dan Presiden Fed Kansas City Jeffrey Schmid, memiliki pendapat yang berbeda. Miran menginginkan pemangkasan yang lebih besar, sementara Schmid menolak pemangkasan sama sekali karena kekhawatiran akan inflasi.
Powell juga menyoroti tantangan utama akibat government shutdown, yang membatasi ketersediaan data ekonomi. Ia menggambarkan situasi ini seperti "menyetir dalam kabut," yang memaksa The Fed untuk lebih berhati-hati dan mungkin memperlambat laju penurunan suku bunga ke depan.
Proyeksi Inflasi dan Pasar Tenaga Kerja
Meski menghadapi keterbatasan data, The Fed menilai ekonomi AS masih tumbuh dengan laju moderat. Inflasi, yang diukur dengan Indeks Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE), tercatat naik dari 2,3 persen pada April menjadi sekitar 2,7 persen pada Agustus. The Fed menargetkan inflasi pada level 2 persen dan memperkirakan angka ini bisa naik sementara hingga 3 persen di akhir tahun sebelum perlahan turun kembali.
Di sisi lain, kekhawatiran terhadap pelemahan pasar tenaga kerja semakin meningkat. The Fed akan terus memantau perkembangan data untuk mengambil langkah kebijakan selanjutnya, dengan tetap waspada terhadap dampak government shutdown dan tarif impor baru.
Artikel Terkait
Laba Blue Bird (BIRD) Tembus Rp 4,12 Triliun di Kuartal III 2025, Tumbuh 12,4%
TOBA (TBS Energi Utama) Raup USD 288 Juta, Bisnis Limbah Sumbang 39% Pendapatan
Mr DIY (MDIY) Catat Laba Bersih Rp790 Miliar di Kuartal III 2025, Tumbuh 12.7%
Target Marketing Sales PANI 2025 Dipangkas Jadi Rp4,3 Triliun, Segmen Residensial Melonjak 234%