Suasana tegang melanda kawasan tambang emas PT Sultan Rafli Mandiri di Ketapang, Kalimantan Barat. Di sana, aksi pengeroyokan terhadap anggota TNI oleh segerombolan Warga Negara Asing asal China memantik amarah. Syarif Amin Muhammad Asegaf, anggota DPRD Kalbar dari Fraksi NasDem, tak bisa menyembunyikan kegeramannya.
"Saya pribadi sangat prihatin dan marah," ujarnya tegas.
Menurutnya, aparat yang sedang bertugas menjaga wilayah justru menjadi sasaran. "Apapun alasannya, ini tidak bisa ditoleransi," tambahnya.
Insiden yang melibatkan sekitar 15 WNA itu tak main-main. Lima personel TNI dilaporkan menjadi korban penyerangan. Dua unit kendaraan perusahaan pun dirusak. Yang bikin merinding, para pelaku diduga membawa senjata tajam dan juga airsoft gun. Ini jelas bukan sekadar keributan biasa, tapi sudah menyentuh persoalan yang lebih dalam.
Syarif Amin bersikeras, kejadian seperti ini jangan sampai terulang. Ia melihatnya sebagai alarm, peringatan keras bagi pemerintah dan aparat berwenang. Pengawasan terhadap aktivitas investasi asing, mulai dari izin usaha sampai izin tinggal, harus benar-benar ketat. Jangan sampai ada celah.
Di sisi lain, ia mengingatkan kita pada kasus-kasus di daerah lain. Pengawasan yang longgar sering berujung petaka. "Kita tidak ingin Kalimantan Barat mengalami hal serupa seperti di Morowali," katanya. Kedaulatan negara, baginya, adalah harga mati.
Artikel Terkait
Aksi Brutal WNA China di Tambang Kalbar, TNI Diserang dan Kendaraan Dirusak
GAM Desak PBB dan Uni Eropa Soroti Hambatan Bantuan Banjir Aceh
Bentrokan Berdarah di Tambang Emas Ketapang, WNA Serang Personel TNI
Dedi Mulyadi Bela Surat Edaran: Ini Darurat Bencana, Bukan Main-Main Hukum