Laporan juga menyebutkan bahwa pejabat ekonomi kedua negara telah menyelesaikan kerangka kesepakatan yang akan dibahas langsung oleh Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping dalam pertemuan pada Kamis mendatang.
Dampak pada Pasar dan Proyeksi Harga Emas ke Depan
Optimisme meredanya ketegangan perdagangan ini langsung memicu gelombang positif di pasar global. Indeks utama Wall Street bahkan dibuka di rekor tertinggi pada hari yang sama. Di sisi lain, investor juga menanti hasil pertemuan kebijakan The Fed, yang di mana bank sentral AS tersebut diperkirakan akan memangkas suku bunga sebesar seperempat poin persentase.
Meski demikian, prospek harga emas ke depan masih diliputi ketidakpastian. Beberapa analis memandang harga emas berpotensi tetap tinggi, sementara yang lain bersikap lebih hati-hati.
Dalam pertemuan tahunan London Bullion Market Association (LBMA), harga emas diproyeksikan masih bisa mencapai level USD 4.980 per ons dalam 12 bulan ke depan. Namun, dua lembaga analis terkemuka, Citi dan Capital Economics, justru menurunkan proyeksi harga emas mereka pada Senin lalu.
Bank of America turut memberikan pernyataan, "Pasar sudah berada di area jenuh beli (overbought), yang akhirnya memicu koreksi pekan ini." Bank tersebut menambahkan bahwa harga emas saat ini telah mendekati proyeksi bearish mereka, yaitu di level USD 3.800 per ons pada kuartal IV-2025.
Artikel Terkait
Semen Baturaja (SMBR) Resmi Buka Bisnis Baru! Ini Strategi yang Bakal Guncang Pasar?
Target 2027: Kantor Pemerintahan 4 DOB Papua Segera Beroperasi, Ini Progresnya!
Akuisisi OLIV: Kunci Revolusi Logistik Hijau Indonesia yang Akan Segera Terbongkar
IHSG Diprediksi Mixed di 8.000-8.124: Ini 4 Rekomendasi Saham Potensial (NCKL, HMSP, dkk) untuk Hari Ini!