Ia menambahkan, ketahanan harga di area krusial ini akan menentukan langkah selanjutnya. "Mempertahankan area ini akan membuat PANI memiliki target resistance di 15.000 dan potensi kenaikan jika melewati area itu adalah di 16.000."
Fakta di lapangan menunjukkan saham PANI memang sedang tidak dalam kondisi prima. Pada Selasa (25/11) pukul 10.43 WIB, sahamnya melemah 1,40 persen ke level Rp14.075. Sepanjang 2025, properti ini sudah merosot 12,03 persen – performa yang cukup membuat investor waswas.
Rencana rights issue ini sebenarnya sudah dapat lampu hijau dari pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) 9 Oktober 2025. Jadwal awal menempatkan cum rights di pasar reguler dan negosiasi pada 25 November 2025, dengan periode perdagangan rights berlangsung 1-5 Desember 2025.
Skema rights issue ketiga PANI cukup ambisius. Perusahaan akan menerbitkan maksimal 1.212.536.300 saham baru dengan harga Rp15.000 per saham.
Dana segar yang terkumpul akan dialokasikan untuk membeli hingga 44,1 persen saham PT Bangun Kosambi Sukses (CBDK) dari PT Agung Sedayu dan PT Tunas Mekar Jaya. Nilai transaksinya mencapai Rp16,125 triliun – jumlah yang sangat signifikan.
Sisa dana sekitar Rp608 miliar rencananya akan disuntikkan ke tiga entitas anak: CISN, KUS, dan PET. Dana ini ditujukan untuk kebutuhan belanja modal perusahaan.
Kini, semua mata tertuju pada OJK. Keputusan regulator ini akan menentukan nasib rights issue PANI selanjutnya. Investor pun menunggu dengan harap-harap cemas.
Artikel Terkait
MotionTrade Bongkar 5 Rasio Keuangan Kunci untuk Analisis Saham MNC Sekuritas
Kuota LPG 3 Kg Dikurangi, Pemerintah Pastikan Stok Nataru Tetap Aman
DJP Bongkar Modus Ekspor CPO Bodong, Nilainya Tembus Rp45 Triliun
BP-AKR Genjot Pasokan BP 92, Kargo Ketiga Segera Tiba