Wall Street kembali melanjutkan reli optimismenya di awal pekan. Indeks saham AS ditutup menguat pada Senin (24/11), melanjutkan tren positif dari Jumat lalu. Sentimen utama yang mendorong kenaikan ini adalah harapan yang kian kuat bahwa Federal Reserve bakal memangkas suku bunga acuan pada Desember mendatang. Harapan ini rupanya cukup ampuh untuk membuat para investor mengabaikan kekhawatiran akan valuasi saham teknologi yang dinilai sudah terlampau mahal.
Indeks Dow Jones Industrial Average merangkak naik 202,86 poin (0,44 persen) ke level 46.448,27. Sementara itu, S&P 500 melonjak lebih signifikan, 102,13 poin (1,55 persen), menjadi 6.705,12. Tapi, Nasdaq Composite-lah yang benar-benar bersinar dengan kenaikan fantastis 598,92 poin atau 2,69 persen, menempatkan indeksnya di 22.872,01.
Pasar dibuka dengan energi positif di pekan yang lebih pendek karena libur. Kenaikan ini tak lepas dari aksi saham-saham teknologi besar, terutama yang tergabung dalam kelompok "Magnificent Seven". Alhasil, Nasdaq kembali menjadi yang terdepan.
Di sisi lain, serangkaian laporan ekonomi terbaru yang dirilis setelah penutupan pemerintahan AS selama enam pekan memperlihatkan tanda-tanda pelemahan di pasar tenaga kerja. Inflasi pun masih terpantau tinggi. Nah, data inilah yang justru memupuk optimisme. Investor semakin yakin The Fed akan melakukan pemotongan suku bunga ketiga dan terakhir di tahun 2025 pada pertemuan Desember nanti.
Beberapa komentar dari pejabat Fed turut memperkuat sentimen ini. Gubernur Fed Christopher Waller, Presiden Fed New York John Williams, dan Presiden Fed San Francisco Mary Daly memberikan sinyal pelonggaran. Meski begitu, beberapa pejabat lain masih menyuarakan pandangan yang berbeda.
Robert Pavlik, seorang senior portfolio manager di Dakota Wealth, menyoroti pergeseran sentimen ini.
"Pelaku pasar mulai sejalan dengan pandangan bahwa pemangkasan suku bunga akan terjadi pada Desember," ujarnya.
Keyakinan pasar ini terlihat nyata. Melalui alat FedWatch milik CME, pasar keuangan kini memprediksi peluang pemotongan suku bunga sebesar 85 persen. Angka ini melonjak drastis dari hanya 42,42 persen pada pekan sebelumnya.
Pekan ini, rilis data ekonomi masih akan berlanjut. Investor akan menyimak data penjualan ritel, indeks harga produsen, dan pesanan barang tahan lama. Juga ada indikator independen seperti harga rumah Case-Shiller, laporan keyakinan konsumen dari Conference Board, serta data penjualan rumah tertunda dari National Association of Realtors.
Artikel Terkait
Shell Masuki Babak Akhir Negosiasi BBM dengan Pertamina
OJK Tunda Rights Issue Rp16,7 Triliun PANI, Saham Anjlok 12% Sepanjang 2025
Gelar Sarjana Tak Lagi Jadi Tameng, Pengangguran Lulusan Kampus Tembus Rekor Tertinggi
Saham BUMI Melonjak 9%, Akuisisi Tambang Rp 984 Miliar Jadi Katalis