Mimpi Sadar: Antara Fakta Ilmiah dan Mitos yang Menggoda

- Selasa, 02 Desember 2025 | 08:00 WIB
Mimpi Sadar: Antara Fakta Ilmiah dan Mitos yang Menggoda

Portal ke Dunia Lain?

Di media sosial, mimpi sadar sering digambarkan sebagai pintu masuk ke dunia isekai atau dimensi lain. Padahal, ini cuma metafora belaka. Kamu tidak benar-benar pergi ke alam lain. Yang terjadi, kamu sadar dan bisa menciptakan dunia itu di dalam mimpimu sendiri. Kamu yang mengendalikan alur cerita dan berinteraksi di dalamnya. Seru sih, tapi ya tetap saja itu hanya terjadi di dalam kepala.

Takut Terjebak Selamanya

Ini kekhawatiran yang umum. Banyak orang takut tidak bisa bangun dari mimpi sadar. Sebenarnya, ketakutan ini muncul karena kebingungan membedakan lucid dream dengan fenomena lain seperti sleep paralysis (tindihan) atau false awakening (mimpi bangun tidur yang terasa nyata). Mekanisme neurologis ketiganya berbeda. Dalam mimpi sadar, justru karena kamu sadar sedang bermimpi, kamu punya kendali untuk membangunkan diri sendiri.

Bertemu dengan Roh atau Entitas Asing

Narasi yang satu ini juga kerap muncul. Banyak yang mengklaim bisa berkomunikasi dengan orang yang telah meninggal atau makhluk dari dimensi lain melalui mimpi sadar. Secara neurobiologis, semua figur yang muncul dalam mimpi seberapa nyata pun adalah proyeksi dari memori, imajinasi, ketakutan, dan keinginan kita sendiri. Otak kita sangat hebat dalam menyusun pengalaman yang terasa begitu hidup, sampai-sampai kita sulit membedakannya dari kenyataan. Sensasi emosional yang mendalam inilah yang kemudian sering disalahartikan sebagai pengalaman spiritual.

Kenapa Klaim Pseudoscience Mudah Menyebar?

Pertanyaannya, mengapa mitos-mitos ini bisa cepat sekali viral? Pertama, narasi metaforis yang dibesar-besarkan di media sosial memang lebih menarik perhatian daripada penjelasan ilmiah yang runut. Kedua, pengalaman dalam mimpi sadar memang punya tingkat realisme yang sangat tinggi. Batas antara mimpi dan kenyataan jadi kabur bagi para praktisinya. Sensasi derealisasi ini perasaan bahwa dunia nyata terasa tidak nyata berpotensi membuat seseorang lebih mudah percaya bahwa yang dialaminya adalah sesuatu yang supranatural.

Penutup

Jadi, lucid dream pada hakikatnya adalah fenomena otak yang kompleks dan menarik. Ia terjadi dalam tidur REM, didukung oleh aktivasi area kesadaran di otak, dan punya sejumlah potensi manfaat. Namun, daya tariknya justru sering diselimuti oleh salah kaprah. Narasi-narasi spektakuler tentang portal dimensi atau interaksi dengan entitas asing, yang banyak beredar di media sosial, hanya memperkuat miskonsepsi. Realitas tinggi dalam mimpi sadar memang bisa menipu persepsi. Itulah mengapa penting untuk memahami dasarnya yang ilmiah, agar kita tak terjebak dalam klaim pseudoscience yang menyesatkan.


Halaman:

Komentar