Yang patut dicatat, strategi China dalam membangun kekuatan AI ternyata dimulai dari level yang sangat dasar. Bukan di universitas, tapi jauh lebih awal. Negara itu sudah mengajarkan dasar-dasar AI kepada anak-anak sejak usia enam tahun.
Mulai musim gugur ini, sekolah-sekolah di Beijing bahkan mewajibkan sedikitnya delapan jam pelajaran AI setiap tahun. Kurikulumnya cukup komprehensif, mulai dari cara menggunakan chatbot dan alat digital lainnya, pengetahuan umum tentang teknologi, hingga yang tak kalah penting – etika AI.
Fokus sejak dini ini membuahkan hasil nyata. China berhasil membangun tenaga kerja teknologi dalam jumlah yang benar-benar masif. Menurut Center for Strategic and International Studies, China meluluskan 3,57 juta mahasiswa STEM pada 2020. Bandingkan dengan AS yang hanya 820 ribu. Media pemerintah China bahkan melaporkan jumlah tersebut kini bisa melampaui lima juta lulusan per tahun – angka yang sulit dibayangkan.
Di sisi lain, perusahaan teknologi Amerika justru melihat peluang dalam situasi ini. Mereka bergegas merekrut talenta terbaik dari China. Contohnya Meta yang musim panas lalu mengumumkan pembentukan Superintelligence Lab untuk membangun mesin lebih kuat dari otak manusia.
Menurut laporan The New York Times, seluruh 11 peneliti pendiri laboratorium itu menempuh pendidikan di luar AS, dan tujuh di antaranya lahir di China. Fakta ini menunjukkan betapa pentingnya peran talenta China dalam lanskap AI global.
Menurut studi Paulson Institute tahun 2020, peneliti AI asal China menyumbang hampir sepertiga dari 100 ilmuwan AI top dunia. Mayoritas dari mereka ternyata bekerja di universitas dan perusahaan teknologi Amerika. Riset lanjutan dari Carnegie Endowment for International Peace menemukan hal menarik: meski ketegangan geopolitik meningkat, 87% dari para peneliti tersebut tetap melanjutkan karirnya di AS.
Persaingan terus berlanjut. Siapa yang akan memimpin di masa depan? Masih menjadi pertanyaan terbuka.
Artikel Terkait
NeutraDC dan AMD Gabungkan Kekuatan untuk Pacu Laju AI di Asia Tenggara
Kolaborasi vivo dan ZEISS Hadir di X300, Bawa Kamera 200 MP dan Kit Fotografi Eksklusif
Di Balik Layar: Oppo Bongkar Rahasia Uji Ketahanan Ekstrem Ponselnya
Instagram Beri Kekuatan Lebih pada Kreator untuk Kendalikan Interaksi