Kemenperin Pilih IKI, Bukan PMI, Sebagai Indikator Utama Kinerja Manufaktur 2025

- Selasa, 04 November 2025 | 04:25 WIB
Kemenperin Pilih IKI, Bukan PMI, Sebagai Indikator Utama Kinerja Manufaktur 2025

Kemenperin Utamakan IKI, Bukan PMI, untuk Ukur Kinerja Industri Manufaktur 2025

Kinerja sektor manufaktur Indonesia di awal kuartal IV 2025 menunjukkan sinyal positif, didorong oleh permintaan domestik yang kuat. Namun, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menegaskan bahwa Purchasing Managers’ Index (PMI) bukanlah patokan utama dalam menganalisis kondisi industri.

Kemenperin menyatakan bahwa data PMI Manufaktur dari S&P Global dianggap kurang detail karena hanya menyajikan gambaran makro dan tidak menjabarkan kinerja tiap subsektor industri secara mendalam.

Mengapa Kemenperin Lebih Percaya IKI Daripada PMI?

Sebagai gantinya, Kemenperin mengandalkan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang dinilai lebih komprehensif dan akurat. IKI menggunakan sampel dari lebih banyak perusahaan industri dalam negeri, sehingga dianggap lebih mampu mencerminkan kondisi riil manufaktur nasional.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengajak semua pihak untuk lebih bijak dalam membaca data PMI bulanan dari S&P Global. "PMI didasarkan pada sampel industri yang lebih sedikit dibanding IKI dan belum cukup detail menggambarkan kondisi subsektor industri. Padahal, dinamika tiap subsektor berbeda-beda," ujarnya di Jakarta, Senin (3/11/2025).

PMI Manufaktur Indonesia Tembus 51.2 di Oktober 2025

Meski bukan menjadi acuan utama, PMI Manufaktur Indonesia yang dirilis S&P Global tercatat naik dari 50,4 pada September menjadi 51,2 pada Oktober 2025. Angka ini menandai ekspansi tiga bulan berturut-turut, menunjukkan stabilitas pertumbuhan industri.

Komponen utama pendorong kenaikan PMI adalah peningkatan pesanan baru (new orders) dari 51,7 menjadi 52,3 dan tingkat ketenagakerjaan yang naik dari 50,7 ke 51,3. Kenaikan ini mencerminkan meningkatnya kepercayaan pasar dan kapasitas produksi.


Halaman:

Komentar