Kemenperin Pilih IKI, Bukan PMI, Sebagai Indikator Utama Kinerja Manufaktur 2025

- Selasa, 04 November 2025 | 04:25 WIB
Kemenperin Pilih IKI, Bukan PMI, Sebagai Indikator Utama Kinerja Manufaktur 2025

"Kami melihat peningkatan penyerapan tenaga kerja pada laju tercepat sejak Mei 2025. Ini sinyal baik karena aktivitas industri mendorong penciptaan lapangan kerja," kata Agus.

Konsumsi Dalam Negeri Jadi Motor Pertumbuhan Industri

Sementara aktivitas produksi (output) tetap stabil di level 50,0, menunjukkan pelaku industri menjaga keseimbangan antara kapasitas produksi dan permintaan pasar. Beberapa industri bahkan menggunakan stok barang jadi untuk memenuhi kenaikan pesanan baru.

Meski ekspor masih melambat akibat pelemahan permintaan dari pasar AS dan Eropa, kekuatan konsumsi dalam negeri menjadi motor utama pertumbuhan. Kemenperin juga terus menjaga daya saing industri melalui efisiensi produksi dan program peningkatan skill tenaga kerja.

Di tengah inflasi harga input yang mencapai level tertinggi dalam delapan bulan, kenaikan harga jual oleh produsen masih terbatas. Hal ini menunjukkan komitmen pelaku industri dalam menjaga daya saing harga dan menahan inflasi di tingkat konsumen.

Posisi Indonesia dalam Peta Manufaktur Regional dan Global

Dalam konteks regional, PMI manufaktur ASEAN meningkat ke 51,6 pada Oktober 2025. Indonesia (51,2) berada di zona ekspansi bersama Thailand (56,6), Vietnam (54,5), dan Myanmar (53,1). Negara besar seperti China (51,2) dan India (57,7) juga menunjukkan ekspansi terbatas, menandakan stabilisasi aktivitas manufaktur global.

Kemenperin menegaskan komitmennya untuk terus memantau perkembangan indikator manufaktur sebagai dasar perumusan kebijakan industri nasional. "Kami optimistis sektor manufaktur akan tetap menjadi penggerak utama ekonomi. Kemenperin akan memastikan iklim usaha kondusif, memperkuat daya saing, dan mendorong transformasi menuju industri hijau dan berkelanjutan," pungkas Agus.


Halaman:

Komentar