Tantangan tidak hanya berasal dari eksternal. Industri nasional juga menghadapi persoalan internal seperti masuknya produk impor legal dan ilegal, serta masalah pasokan dan harga gas industri yang diperlukan sebagai energi dan bahan baku.
Untuk mengatasi berbagai tantangan ini, Kemenperin mengembangkan strategi dua pendekatan. Pendekatan defensif mencakup regulasi perlindungan seperti kebijakan Bea Masuk Tindakan Anti Dumping (BMAD) dan Non-Tariff Measures (NTMs). Sementara pendekatan ofensif meliputi kebijakan fiskal dan pemberian insentif bagi industri.
"Kedua pendekatan tersebut penting, karena saling melengkapi. Kami akan terus mengusulkan insentif dan stimulus apa saja yang diperlukan bagi industri dalam negeri agar pertumbuhannya bisa lebih cepat," jelas Menperin.
Dengan implementasi strategi komprehensif ini, Kemenperin memproyeksikan kinerja sektor manufaktur pada 2025 akan tumbuh 5,93 persen, melampaui pertumbuhan ekonomi nasional. Pencapaian ini akan menjadi kontribusi signifikan bagi perekonomian Indonesia di tengah ketidakpastian global.
Artikel Terkait
Jeep Maung Diusulkan Jadi Proyek Strategis Nasional, Ini Dampaknya Bagi Indonesia
BCA Cetak Transaksi QRIS Rp267 Triliun di 2025, Kok Bisa?
Bahlil Bongkar Strategi Bioetanol E10: Siap Gantikan Bensin Mulai 2027!
Prabowo Bocorkan Rahasia Sukses MBG 99,99%, Bikin Banyak Negara Melirik!