Rekaman video yang beredar di media sosial memicu amarah. Dalam video itu, Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto terlihat sedang berjalan-jalan dengan santai di sebuah pusat perbelanjaan di Medan. Padahal, di saat yang bersamaan, ribuan warga di Sumut, Aceh, dan Sumbar masih berjuang menghadapi dampak banjir dan longsor.
Bagi banyak orang, pemandangan itu terasa seperti tamparan. Rumah-rumah hanyut, keluarga berduka, pengungsi memenuhi posko darurat. Sementara itu, sosok puncak penanggulangan bencana justru ada di mall.
Tak butuh waktu lama, kritik pun mengalir deras. Salah satu yang vokal adalah Fachmy Harahap, Ketua SATMA AMPI Sumut. Ia tak sungkan menyebut tindakan Suharyanto sebagai sikap yang minim empati.
Menurutnya, ini adalah blunder lanjutan. Sebelumnya, Suharyanto sudah lebih dulu menuai badai protes karena pernyataannya yang dianggap meremehkan. Dalam sebuah konferensi pers, ia menyebut situasi bencana di Sumatera "hanya terlihat mencekam di media sosial". Kata-kata itu terasa pedas di telinga korban yang hidup dalam kenyataan pahit.
Nah, kemunculannya di mal itu seperti menuang bensin ke bara. Kepercayaan publik terhadap BNPB kian terkikis. Pertanyaan besarnya: kalau pimpinannya saja terlihat tidak serius dan jauh dari lokasi bencana, lalu ke mana korban harus menaruh harapan?
Artikel Terkait
Rapat Pleno PBNU Digelar, Supremasi Syuriyah Ditegaskan Kembali
Gus Ipul Pasrahkan Penetapan PJ PBNU Sepenuhnya ke Para Kiai
Korban Kebakaran Terra Drone Segera Diserahkan, DNA Tak Perlu Diperiksa
Tiga Kawasan Wisata Jogja Masuk Peta Rawan Longsor, Dinas Pariwisata Pastikan Tetap Aman