Permintaan Tak Biasa dari Phnom Penh
Dari Phnom Penh, langkah diplomatik yang cukup mengejutkan datang dari Perdana Menteri Kamboja, Hun Manet. Ia secara terbuka meminta bantuan dua pemimpin dunia: Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim. Tujuannya jelas, tapi rumit: menghentikan baku tembak dengan Thailand yang kian memanas.
Masalahnya, siapa yang mulai? Itu jadi pertanyaan besar. Masing-masing pihak, Kamboja dan Thailand, saling tuduh soal siapa yang lebih dulu menembak di perbatasan pada 7 Desember lalu. Kekacauan informasi ini justru memperkeruh situasi.
Nah, di situlah Hun Manet punya ide. Lewat unggahan di Facebook-nya, dia mengusulkan sesuatu yang terdengar modern: pakai citra satelit. "Cara paling sederhana dan transparan," katanya. Dia minta AS dan Malaysia menyediakan gambar dari angkasa yang diambil pada hari kejadian dan 24 jam sesudahnya. Dengan begitu, fakta tentang siapa pelaku penembakan pertama diharapkan bisa terungkap dengan jelas.
Artikel Terkait
Hantu-Hantu Agak Laen Bakal Beraksi di CFD untuk Korban Sumatera
Drama Bunuh Diri Ganda Antar Wolves Tumbang di Emirates
54 WNI dari Myanmar Tiba di Soekarno-Hatta, Ratusan Masih Menunggu Evakuasi
Sepi yang Bertahan: Kisah Ibu Sikar di Pasar Nanjung Sari