"Melukai bumi, merusak air dan udara, mencemari hutan..." katanya, lalu jeda sejenak, "...sejatinya adalah bentuk pengkhianatan terhadap pesan langit."
Pengkhianatan terhadap tugas manusia sebagai khalifah, penjaga.
Dia lalu menjelaskan dengan gaya yang lebih puitis. Alam, katanya, tidak meminta disembah-sembah. Yang dia butuhkan justru lebih konkret.
"Langit tidak meminta dipuja, tetapi dijaga. Gunung tidak memerlukan sembah, tetapi butuh penghindaran dari kerusakan."
Dan di akhir, dia menyatukan semuanya. "Kerukunan dengan alam adalah kerukunan tertinggi," tutur Nasaruddin. Menurutnya, hubungan yang harmonis dengan semesta itu cerminan dari keseimbangan batin. Sebuah keseimbangan yang sudah tercerahkan.
Pesan yang disampaikan di ruang ber-AC itu terasa seperti angin segar. Sebuah pengingat di tengah hiruk-pikuk ibukota, bahwa mungkin masalah terbesar kita bukanlah soal apa yang kita perdebatkan, tetapi bagaimana kita memperlakukan rumah bersama ini.
Artikel Terkait
Kementerian PKP Siagakan Ratusan Unit Rumah Darurat untuk Korban Banjir Bandang Sumatera
Pemerintah Bekuk Operasi Tiga Perusahaan Pemicu Bencana di Batang Toru
OJK Permudah Aturan Gadai, Buka Peluang Ekspansi ke Luar Negeri
Daun Ajaib di Jalanan Jepang: Dari Kewajiban Hingga Jadi Tren