Pemerintah menilai intervensi mereka berperan besar di sini. Program bantuan pangan 10 kg beras dan minyak goreng untuk 18,3 juta keluarga penerima manfaat, plus Gerakan Pasar Murah, dinilai efektif menjaga stabilitas harga terutama jelang Natal dan Tahun Baru.
Sementara itu, sinyal dari sektor riil juga positif. Indeks PMI Manufaktur Indonesia melonjak ke level 53,3 pada November, dari 51,2 di bulan sebelumnya. Ini level tertinggi sejak Februari, sekaligus menandai ekspansi keempat bulan berturut-turut. Permintaan dalam negeri yang menguat jadi pendorong utamanya. Aktivitas produksi meningkat, order menumpuk, dan akhirnya menyerap lebih banyak tenaga kerja. Industri pun semakin giat membeli bahan baku.
Menjelang libur panjang akhir tahun, sektor manufaktur diprediksi tetap kuat. Pelaku usaha tampak optimis melihat prospek ke depan. Mereka yakin, insentif dari pemerintah di sisi permintaan dan suplai, ditambah inflasi yang terjaga, akan terus mendongkrak daya beli dan aktivitas ekonomi.
“Stimulus dan berbagai insentif di tengah permintaan domestik yang meningkat secara musiman menjadi pendorong tambahan. Hal ini didukung juga oleh kondisi inflasi yang terkendali dan meningkatnya daya beli masyarakat,” pungkas Airlangga.
Semua indikator ini, bila disatukan, memang menggambarkan sebuah fondasi yang makin mantap. Tantangan tetap ada, tapi momentumnya terasa baik untuk memasuki tahun 2026.
Artikel Terkait
WIKA Kerahkan Alat Berat dan Bantuan Darurat untuk Korban Banjir Bandang Sumatera
Tim Gabungan Berhasil Buka Empat Titik Longsor di Jalur Vital Aceh Utara-Bener Meriah
Jaring Pengaman Abal-Abal dan Bambu Kering: Kombinasi Mematikan di Balik Kebakaran Maut Tai Po
Honda Vario 125 Street Resmi Meluncur, Setang Baru Ubah Gaya Berkendara