ujar Suharyanto lagi, mempertegas betapa beratnya situasi di sana.
Sementara itu, gelombang pengungsian tidak bisa dihindari. Ribuan orang harus mengungsi dan tersebar di beberapa titik. Di Tapanuli Utara ada sekitar 3.600 jiwa, Tapanuli Tengah 1.659 jiwa, sementara Tapanuli Selatan menampung 4.661 jiwa. Kota Sibolga sendiri menampung 4.456 pengungsi, disusul Humbang Hasundutan dengan 2.200 jiwa, dan Mandailing Natal sebanyak 1.378 jiwa.
Masalah utama yang masih menghantui adalah akses. Beberapa kabupaten masih terputus sama sekali dari dunia luar akibat longsoran tanah dan jembatan yang rusak parah. Ambil contoh di Tapanuli Utara, jalan utama penghubung Tarutung dan Sibolga putus di beberapa titik. Akibatnya, sejumlah desa di kawasan Parmonangan dan Adiankoting masih belum bisa dijangkau, membuat lebih dari 12.000 jiwa terisolasi dan sangat membutuhkan bantuan.
“Untuk Tarutung-Sibolga ini masih normalisasi. Yang bisa ditembus alat berat ini 40 kilometer,”
kata Suharyanto, menggambarkan betapa sulitnya medan yang dihadapi.
Kondisi serupa terjadi di Mandailing Natal. Jalur Singkuang–Tabuyung serta ruas Batang Natal–Muara Batang Gadis juga terputus di beberapa titik, membuat sejumlah kecamatan terisolasi. Sementara di Tapanuli Tengah, pembersihan material longsor di jalan nasional Sibolga–Padang Sidempuan dan Sibolga–Tarutung masih terus dilakukan. Perbaikan jembatan yang rusak juga menjadi prioritas utama untuk membuka jalur bantuan.
Medan yang berat dan cuaca yang tak menentu sepertinya masih akan menjadi tantangan terbesar dalam beberapa hari ke depan.
Artikel Terkait
Prabowo Tinjau Langsung Dampak Banjir dan Longsor di Sumut
OJK Dukung Penuh Gagasan Dana Pensiun bagi Atlet dan Pelatih
Kadin dan Kemenekraf Sepakati Kolaborasi Strategis untuk Pacu Ekosistem Kreatif 5.0
Jaecoo Tantang Pasar dengan SUV Listrik Rp 249 Juta, Masihkah Disebut Premium?