Ia menambahkan, "Ketika mereka merasa didampingi dan tidak berjalan sendiri, usaha mereka bukan hanya maju, tetapi hidup. Di situlah dampak pemberdayaan yang ingin kami hadirkan."
Dampak nyata program ini benar-benar dirasakan pelaku usaha. Sebut saja Devita Wijayanti, nasabah PNM asal Magelang. Usaha lumpianya berkembang pesat setelah mengikuti pembinaan.
"Sekarang saya bisa kirim ke luar daerah dan jualan lewat media sosial," ungkap Devita dengan semangat.
Omzetnya pun melonjak. Dari sebelumnya hanya Rp 1–2 juta per bulan, kini ia bisa meraup Rp 4–5 juta. Yang menarik, kisah Devita ini menunjukkan bagaimana klasterisasi tidak hanya memperkuat usaha, tapi juga memberdayakan perempuan secara ekonomi.
Di berbagai daerah, klasterisasi bahkan berkembang menjadi sentra ekonomi lokal dan mitra industri. Efeknya seperti riak di air satu keberhasilan bisa memicu dampak positif yang meluas bagi komunitas sekitar.
Artikel Terkait
Mitsubishi eK X EV Tak Kunjung Meluncur, Pasar Indonesia Dinilai Belum Siap
Karier ASN Makin Cepat, Kenaikan Pangkat Kini Bisa 12 Kali Setahun
OJK Minta Bank Tak Buru-buru Turunkan Suku Bunga
Higashiyama Tepis Wacana SEA Games, Fokus Garuda Pertiwi Hancurkan Nepal dan Taiwan