Barantin Genjot Ekonomi Lewat Pengawasan Hayati yang Lebih Cerdas

- Selasa, 25 November 2025 | 10:15 WIB
Barantin Genjot Ekonomi Lewat Pengawasan Hayati yang Lebih Cerdas

"Kalau saya serius Pak Sahat ya, dengan kerangka ilmiah dan sains yang saya miliki, harusnya negara ini maju ya. Asal semua pihaknya mengeluarkan jurus terbaik, kami DPR mencoba begitu dengan Ibu Titiek, Mas Wiku ya," ujar Prof. Rokhmin.

"Kemudian birokrasinya, pengusahanya, dan observasi penelitian profesional saya mengatakan bahwa komparatif advantage yang dimiliki bangsa Indonesia yang paling raksasa tidak lain, tidak bukan adalah biodiversity," tegasnya.

Sementara itu, Guru Besar FKM UI Prof. Wiku Bakti Bawono Adisasmito menyoroti dilema yang dihadapi. Di satu sisi, pengawasan harus ketat, di sisi lain, perekonomian harus tetap lancar. Menurutnya, solusinya terletak pada pendekatan berbasis sains dan teknologi.

"Tetapi kalau menjaganya terlalu ketat, tidak ada pergerakan. Jadi kan yang penting adalah lancar secara ekonomi, tapi aman terhadap hama dan penyakit," kata Prof. Wiku, yang juga dikenal sebagai Juru Bicara Satgas COVID-19.

Ia lantas memberikan gambaran inovatif. "Bayangkan kalau Indonesia, ini belum ada nih di dunia yang pakai seperti ini. Kalau daftar hama penyakitnya itu masuk dalam list yang ada DNA-nya, kita bisa masukkan dalam database sehingga pemeriksaannya lebih mudah."

Dari kacamata pelaku usaha, kemajuan karantina terasa sangat nyata. Toto Dirgantoro, Sekjen Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI), bercerita tentang perjuangan di masa lalu ketika karantina justru berada di belakang proses kepabeanan. Situasi itu sering merugikan importir dan eksportir.

"Di situlah kita berjuang untuk bagaimana karantina bisa di depan bea cukai. Karena pada saat itu banyak barang-barang import kita, terutama daging dan lain sebagainya yang sudah SSP (Surat Setoran Pajak). Berarti importir kita sudah bayar pajak, PDRI (Pajak Dalam Rangka Impor), semua ini," kenang Toto.

"Tapi begitu di pelaksanaan, karantina tidak boleh masuk. Kita sangat bersyukur sekali dengan kemajuan karantina yang ada," ujarnya lega.

Sinergi ini pula yang diusung oleh Sugiarto Budiono, Direktur Utama Nusantic Nusapet. Ia mendorong promosi produk unggulan Indonesia yang lebih masif di kancah global. Menurutnya, kesuksesan ekspor adalah buah dari kualitas produksi, sistem karantina yang kuat, dan tentu saja, kolaborasi semua pihak.

"Kami bersama dengan teman-teman, ada 53 orang. Kita berkumpul bersama, share bersama, membuatlah acara Nusatic (Nusantara Aquatic) di tahun 2016," cerita Sugiarto tentang awal mula perjuangannya.

"Dan terbukti 2023 kita sudah melampaui Singapura. Kami ingin mempromosikan produk-produk unggulan Indonesia," tambahnya penuh semangat.

Ia punya harapan besar, khususnya untuk komoditas herbal Indonesia yang punya nilai jual global. "Jadi kami berharap nanti dari seluruh kita (pemerintah, akademisi, dan pelaku usaha) bersatu."

Talkshow ini pada akhirnya menegaskan satu hal: penguatan peran karantina mustahil terwujud tanpa kolaborasi erat semua pemangku kepentingan. Dengan pendekatan yang makin sistemik dan berbasis sains, Barantin diharapkan tak hanya jadi penjaga keamanan hayati, tapi juga pendongkrak daya saing ekspor Indonesia di mata dunia.

Acara ini terselenggara berkat dukungan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JAPFA) dan PT Suri Tani Pemuka.


Halaman:

Komentar