Selain berkeliling, ia punya beberapa titik mangkal. Di sekitar NTMC Polri dan belakang sebuah bank di Pancoran. Tapi, waktu berkeliling tetap lebih dominan.
"Aku yang jelas ngetemnya di KKB, Bank Bukopin itu dari jam 8.00 WIB sampai jam 9.30 WIB. Kedua di KAO, sebelah Polantas (NTMC Polri) paling setengah jam, sejam. Istilahnya aku nyampe situ 10.30 WIB ntar 11.30 WIB aku pulang, kan udah habis. Banyakan keliling. Tapi kan ini kalau hari-hari biasa bukan segini doang, di dalam gerobak, makanya di situ siang-siang nggak apa-apa," tuturnya membeberkan rutinitas.
Harga jamunya terjangkau, mulai Rp 5 ribu per gelas atau Rp 10 ribu untuk botol. Tapi hatinya lebih lapang lagi. Ia tak sungkan memberi harga lebih murah bagi mereka yang benar-benar tak mampu.
"Minimal Rp 5 ribu rasa apa aja, kalau botol Rp 10 ribu. Tapi kalau orang-orang yang nggak ada duit ya Rp 3 ribu ya nggak apa-apa, kan kita namanya orang ya, tolong menolong," ujarnya ringan.
Gerobak yang ia dorong sekarang ini sebenarnya masih baru. Baru dua bulan menemani perjalanannya. Sebelumnya, bertahun-tahun ia menggendong dagangannya sendiri.
"Digendong, makanya aku lewat sini karena ada gerobak. Digendong biasanya, ini (gerobak) baru 2 bulan ini," pungkasnya sambil bersiap mendorong gerobak untuk melanjutkan rute.
Artikel Terkait
Cilacap Berbenah: Alat Berat Dikerahkan, Pencarian Korban Longsor Masih Berlangsung
Mendagri Tito Karnavian: Karang Taruna Garda Terdepan Pembangunan Desa
Paspor Indonesia Bakal Pakai Tinta Rahasia Mulai 2025
Jakarta Siap-Siap Macet, Ini Rute Alternatif untuk Hadapi Eco RunFest 2025