Gunung Semeru di Jawa Timur menunjukkan lagi kegarangannya. Kamis, 19 November 2025, gunung tertinggi di Pulau Jawa itu kembali erupsi. Dari puncaknya, terlihat asap pekat membumbung tinggi disertai luncuran material vulkanik. Aktivitasnya yang meningkat pesat ini langsung membuat statusnya dinaikkan ke level IV atau Awas.
Akibatnya, ratusan warga terpaksa meninggalkan rumah mereka. Mereka mengungsi di beberapa titik yang sudah disiapkan. Pemerintah Kabupaten Lumajang pun tak tinggal diam. Mereka langsung menetapkan status tanggap darurat. Status ini berlaku selama seminggu penuh, sebagai langkah antisipasi dan koordinasi cepat menghadapi bencana.
Erupsi kali ini seolah mengingatkan kita semua. Semeru bukanlah gunung yang pendiam. Sejarah mencatat, gunung ini sudah berkali-kali menunjukkan taringnya. Bahkan, laporan letusan pertamanya sudah ada sejak tahun 1818. Cukup lama, bukan?
Riwayat Panjang Erupsi Semeru
Kalau kita lihat catatan BNPB dan laporan aktivitas vulkanik, Semeru punya rekam jejak yang panjang dan berulang. Berikut ini kilas baliknya:
- 1818 Ini adalah catatan pertama letusannya. Saat itu, dilaporkan ada suara gemuruh dan asap tebal dari puncak kawah.
- 1941–1942 Aktivitasnya meningkat dalam periode ini. Erupsi berulang terjadi selama beberapa bulan, disertai hujan abu dan luncuran lava.
- 1963–1967 Hampir setiap tahun Semeru meletus dengan intensitas yang naik-turun. Laporan resmi mencatat luncuran lava pijar dan hujan abu yang sampai ke pemukiman warga di lereng gunung.
- 1977 Erupsi besar terjadi dan memicu aliran lahar. Banyak lahan pertanian rusak, akses ke beberapa desa pun terputus.
- 1994 Awan panas meluncur ke beberapa sektor lereng. Kerusakan material terjadi, dan kawasan wisata Ranu Pane terpaksa ditutup sementara.
- 2002–2003 Periode ini ditandai dengan erupsi efusif yang memunculkan kubah lava baru di kawah Jonggring Saloko. Frekuensi guguran material ke Curah Kobokan pun meningkat.
- 2014 Erupsi eksplosif terjadi, menghasilkan kolom abu yang sangat tinggi. Beberapa kecamatan di Lumajang terkena hujan abu, bahkan bandara setempat sempat terganggu karena jarak pandang yang buruk.
- 2021 BNPB mencatat letusan besar dengan awan panas guguran yang meluncur sangat jauh, hingga belasan kilometer. Peristiwa ini menimbulkan korban jiwa dan kerusakan yang luas. Sejak saat itu, Curah Kobokan resmi menjadi zona rawan tinggi yang diawasi ketat.
- 2022–2023 Aktivitas vulkanik masih fluktuatif. Beberapa kali terjadi erupsi skala kecil hingga sedang. Guguran lava dan awan panas masih sesekali terlihat.
- 2024–2025 Letusan sporadis terus terjadi. Data pemantauan menunjukkan tekanan magmatik yang dinamis, mengindikasikan fase aktif sebelum akhirnya memuncak pada erupsi besar November 2025.
Dari rentetan sejarahnya, jelas bahwa Semeru punya siklus aktivitas yang panjang dan berulang. Dengan status sekarang yang sudah Awas, masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan mengikuti semua arahan dari pihak berwenang. Keselamatan adalah yang utama.
Artikel Terkait
Kebakaran Picu Evakuasi Dadakan di Tengah KTT Iklim COP30 Brasil
Kobaran Api Kacaukan Konferensi Iklim COP30 di Brasil
Kaesang Pacu Kader PSI Sulteng: Kita Tahu Cara Jadi Juara
Polres Siak Ganti Haluan: Tegur-Sapa Gantikan Tilang di Operasi Zebra