Pendidikan Moral Emile Durkheim: Relevansi & Tantangannya di Era Digital

- Minggu, 02 November 2025 | 09:06 WIB
Pendidikan Moral Emile Durkheim: Relevansi & Tantangannya di Era Digital

Pendidikan Moral Menurut Emile Durkheim: Relevansinya di Era Digital

Pendidikan bukan hanya tentang transfer ilmu pengetahuan, tetapi merupakan institusi sosial yang membentuk nilai-nilai kolektif dalam masyarakat. Konsep ini telah dikemukakan oleh sosiolog klasik Emile Durkheim yang menempatkan pendidikan sebagai agen utama sosialisasi moral.

Fungsi Pendidikan Moral Menurut Durkheim

Emile Durkheim memandang sekolah sebagai institusi primer yang membentuk kesadaran kolektif. Menurut teorinya, sekolah berperan menjembatani kebutuhan individu dengan solidaritas sosial melalui tiga pilar utama:

  • Disiplin - Membangun keteraturan dan pengendalian diri
  • Keterikatan Kelompok - Mengembangkan rasa memiliki dan solidaritas
  • Otonomi Moral - Kemampuan bertindak berdasarkan pertimbangan etis mandiri

Tantangan Pendidikan Moral di Abad 21

Di era digital, pemikiran Durkheim menghadapi dua tantangan utama. Pertama, bagaimana sekolah mempertahankan fungsi integratif di masyarakat yang semakin beragam. Kedua, bagaimana menanamkan nilai moral ketika anak-anak memiliki kehidupan sosial paralel di ruang digital yang melintasi batas norma lokal.

Implementasi di Konteks Indonesia

Praktik pendidikan di Indonesia menunjukkan bahwa sekolah masih dipandang sebagai pembentuk karakter, namun menghadapi kendala implementasi. Kurikulum yang padat materi, guru yang kurang diberdayakan untuk tugas pedagogis moral, dan tekanan sistem kompetitif sering melemahkan tujuan integratif pendidikan.

Peran Guru sebagai Agen Moral

Durkheim menekankan peran guru sebagai agen moral, bukan sekadar pengajar kognitif. Namun, tuntutan administratif dan regulasi yang ketat dapat membatasi inisiatif guru dalam pendidikan moral yang kontekstual dan kreatif.


Halaman:

Komentar