Bayangkan, Air Minum Harus Dibeli Rp 7.000 per Ember: Kisah Pilu Warga Kampung Apung Kapuk Teko

- Senin, 27 Oktober 2025 | 21:36 WIB
Bayangkan, Air Minum Harus Dibeli Rp 7.000 per Ember: Kisah Pilu Warga Kampung Apung Kapuk Teko

Krisis Air Bersih di Kampung Apung Kapuk Teko, Warga Bergantung pada Air Pikul

Warga Kampung Apung Kapuk Teko, Kalideres, Jakarta Barat, hingga kini masih menghadapi kesulitan air bersih yang parah. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka terpaksa menggunakan air sumur yang keruh untuk mandi dan mencuci, sementara untuk konsumsi seperti masak dan minum terpaksa membeli air pikul dengan harga yang terus melambung.

Ketergantungan pada Air Pikul dan Biaya Hidup yang Membengkak

Rudi (55), Ketua RT setempat, mengonfirmasi bahwa warga harus membeli air isi ulang atau air gerobak untuk keperluan minum. "Makanya dari dulu banyak warga itu minta pengajuan PAM," ujarnya. Saat ini, harga satu pikul air telah mencapai Rp 6.000 hingga Rp 7.000. Setiap rumah tangga bisa menghabiskan dua hingga lima pikul air per minggu, yang semakin memberatkan ekonomi warga.

Penyebab dan Sejarah Pencemaran Air Tanah

Menurut penuturan Rudi, masalah air tanah tidak layak konsumsi ini berawal sejak pertengahan 1990-an. Saat itu, kawasan Kampung Apung mulai sering tergenang banjir dan diduga kuat tercemar oleh limbah industri. Sejak saat itu, air sumur tidak lagi bisa digunakan untuk memasak.

Hidup dengan Dua Sumber Air: Sumur Keruh dan Air Beli


Halaman:

Komentar

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini