Banjir Sumatera dan Polemik di Balik Perusahaan yang Dituding Jadi Biang Kerok

- Selasa, 02 Desember 2025 | 16:00 WIB
Banjir Sumatera dan Polemik di Balik Perusahaan yang Dituding Jadi Biang Kerok

Banjir di Sumatera masih jadi perhatian utama. Korban jiwa terus bertambah, dan kerusakan infrastruktur yang ditinggalkan sungguh memilukan. Hingga awal Desember 2025, angka resmi dari BNPB menyebut lebih dari 600 orang meninggal. Ratusan lainnya masih hilang, belum lagi puluhan ribu rumah yang rusak parah. Jembatan putus, sekolah hancur semua menggambarkan betapa dahsyatnya bencana ini.

Namun begitu, banyak yang bertanya: apakah ini murni bencana alam? Hujan deras memang pemicu utamanya, tapi sejumlah pihak meyakini ada faktor lain yang memperparah keadaan. Pembalakan liar dan kerusakan hutan diduga kuat mengurangi daya serap tanah terhadap air. Di tengah sorotan itu, nama PT Toba Pulp Lestari (TPL) mencuat. Perusahaan ini disebut-sebut sebagai salah satu biang kerok banjir bandang, khususnya di wilayah Sumatera Utara.

Nama TPL juga kerap dikaitkan dengan sosok Luhut Binsar Pandjaitan. Beredar pertanyaan, benarkah perusahaan itu miliknya?

Lalu, Siapa Sebenarnya Pemilik TPL?

Perusahaan penghasil bubur kertas dan serat rayon ini awalnya didirikan oleh konglomerat Sukanto Tanoto pada 1983. Dulu namanya PT Inti Indorayon Utama. Tapi kepemilikan sudah lama berubah. Berdasarkan data BEI, pemegang saham mayoritas sekarang adalah sebuah perusahaan di Hong Kong bernama Allied Hill Limited, dengan kepemilikan mencapai 92,54 persen. Sisanya, saham publik.

Jadi, narasi yang menghubungkan langsung TPL dengan Luhut tampaknya keliru. Meski begitu, operasional perusahaan di lapangan tetap menjadi sorotan tajam.

Operasional yang Terus Menyusut


Halaman:

Komentar