“Candi di gerbang ini yang dipertanyakan adalah konsepnya apa, semangatnya apa? Bingung juga saya,”
katanya dengan nada penuh tanda tanya.
Menurut Agus, Gedung Sate adalah sebuah mahakarya yang dirancang dengan sangat matang. Ia memadukan kemegahan Eropa dengan unsur-unsur lokal, sehingga tidak hanya tampak megah tetapi juga sarat cerita dan konsep. Proporsinya mengadopsi filosofi kepala, badan, dan kaki dari arsitektur tradisional Indonesia. Ada selasar, dan yang paling jelas adalah bentuk atapnya. Proses kreatif dalam mengadopsi unsur-unsur ini tidak dilakukan dengan asal jiplak, melainkan penuh pertimbangan filosofis.
Yang paling disayangkannya, perombakan besar ini dilakukan tanpa melibatkan diskusi publik. Agus dengan tegas mendesak pemerintah provinsi untuk meminta maaf dan mengakui kesalahan.
“Kalau kata saya salah, karena publik dan expert tidak diajak ngobrol untuk bangunan monumental ini,”
tegasnya. Ia bahkan menilai langkah ini telah melanggar Undang-undang tentang partisipasi publik. Di sisi lain, kejadian ini menimbulkan kecurigaan di masyarakat. Banyak yang bertanya-tanya, jangan-jangan proyek pembangunan gerbang candi ini sekadar cara untuk menyerap anggaran.
Soal anggaran, angka yang beredar cukup fantastis. Dilaporkan, biaya renovasi ini mencapai Rp 3,9 miliar.
Menanggapi hal ini, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Jawa Barat, Mas Adi Komar, memberikan penjelasan. Anggaran sebesar itu, klaimnya, digunakan untuk merenovasi enam gerbang, memperbaiki pilar, serta menata area parkir barat dan timur yang kondisinya sudah tidak layak.
Adi membantah keras tudingan bahwa proyek ini mengabaikan nilai sejarah. Justru sebaliknya, menurut dia, konsep pilar mirip Candi Bentar ini adalah upaya untuk mempertegas identitas budaya Jawa Barat di jantung pusat pemerintahan. Sebuah klaim yang, bagi sebagian pihak, masih perlu dikaji ulang.
Artikel Terkait
Senja di Desa Pendem dan Kisah Keripik Singkong yang Menggugah
Gus Yahya Tegaskan Posisi, Ketegangan di Tubuh PBNU Masuk Bab Baru
Suara Palestina Bergema di Bogor, Pemuda Gelar Meet Up for Palestine
Gus Yahya Siap Dengar Nasihat Kiai Sepuh di Tengah Polemik Surat Mundur