Renovasi Gapura Gedung Sate yang Mengundang Polemik
Gedung Sate, si ikon Bandung yang tak pernah lekang oleh waktu, kembali menjadi buah bibir. Kali ini, bukan karena keindahan arsitekturnya yang legendaris, melainkan karena perubahan pada gapura depannya. Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mengganti pilar gerbang dengan desain yang menyerupai candi. Proyek ini pun langsung memantik perdebatan sengit.
Di bawah terik matahari Sabtu siang, 22 November 2025, sejumlah pekerja terlihat sibuk menyusun material berbentuk candi di depan Gedung Sate. Beberapa bagian bangunan sudah tertutup terpal, sementara yang lain bahkan telah dicat putih, memberi kesan pekerjaan yang berjalan cukup cepat.
Bagi yang belum tahu, Gedung Sate bukan sekadar kantor gubernur. Ia adalah saksi bisu perjalanan panjang. Pembangunannya dimulai tahun 1920 dan rampung empat tahun kemudian, digarap oleh arsitek Belanda J. Gerber. Namanya yang unik, "Sate", berasal dari ornamen di puncaknya yang mirip enam tusuk sate sebuah simbol dari biaya pembangunan tahap pertama yang mencapai 6 juta gulden. Arsitekturnya sendiri adalah perpaduan menarik antara gaya Neoklasik Eropa dan sentuhan Art Deco, dipadukan dengan nuansa Nusantara.
“Disusun berdasarkan analisis yang ahli, orang teknik sipil yang menyusunnya,”
Begitu kata KDM sapaan akrab Dedi Mulyadi membela keputusannya. Ia beralasan bahwa bagian pagar yang diubah bukanlah bagian dari cagar budaya. Argumennya kemudian merambah ke ranah sejarah dan budaya.
Dedi bicara tentang peradaban Sunda, yang menurutnya peninggalannya lebih banyak berupa batu candi. Sementara dari era Prabu Siliwangi, hampir tidak ada jejak bangunan yang tersisa. Kalaupun ada, itu adalah warisan budaya Kacirebonan.
“Gapura itu berasal dari nilai dan budaya Kacirebonan yang mengadopsi dari kebudayaan Mataram dan Majapahit dan disebut Candi Bentar,”
ujarnya mencoba memberikan landasan filosofis pada perubahan itu.
Namun begitu, langkah Dedi ini justru dipertanyakan oleh kalangan akademisi. Sehari sebelumnya, Jumat, Agus Suharjono Ekomadyo, dosen arsitektur ITB, mengaku heran.
Artikel Terkait
Senja di Desa Pendem dan Kisah Keripik Singkong yang Menggugah
Gus Yahya Tegaskan Posisi, Ketegangan di Tubuh PBNU Masuk Bab Baru
Suara Palestina Bergema di Bogor, Pemuda Gelar Meet Up for Palestine
Gus Yahya Siap Dengar Nasihat Kiai Sepuh di Tengah Polemik Surat Mundur