Satelit ALOS-2 juga turut memantau Jepang dari angkasa, memberikan perspektif yang lebih luas terhadap perubahan permukaan bumi.
Meskipun terjadi pergerakan tanah signifikan, keberhasilan Jepang dalam menghadapi gempa tercermin dari minimnya korban jiwa.
Mengapa jumlah korban jiwa terbilang minim? Artikel ini membandingkan gempa Jepang dengan bencana serupa di Turki dan Haiti, mengungkap kunci keberhasilan: kesiapan.
Jepang, sebagai negara yang terletak di pertemuan empat lempeng tektonik utama, memiliki infrastruktur, regulasi bangunan, dan sistem peringatan dini yang kuat.
Baca Juga: Gempa Maroko 2023: 632 Jiwa Tewas, Pencarian Korban Terus Dilakukan
Dengan secara geografis terletak di zona dengan aktivitas seismik tertinggi di Bumi, Jepang berinvestasi dalam membangun masyarakat yang tangguh dan siap menghadapi gempa bumi.
Aturan bangunan yang ketat, pelatihan penduduk, dan sistem peringatan dini yang mutakhir menjadi kunci keberhasilan mengurangi dampak bencana.
Artikel ini juga membahas peran sistem peringatan dini Jepang yang mampu memberikan notifikasi dalam hitungan detik sebelum getaran gempa terkuat terjadi.
Meskipun waktu yang singkat, notifikasi ini memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk mengambil tindakan cepat, seperti membuka pintu stasiun pemadam kebakaran atau mengerem kereta api.
Dengan menganalisis berbagai faktor kesiapan, artikel ini menjawab pertanyaan mengapa jumlah korban jiwa gempa Jepang begitu minim, sementara gempa dengan kekuatan serupa di negara lain menimbulkan kerugian besar.
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: depok.hallo.id
Artikel Terkait
Krisis Gaza: Bantuan Terhambat Picu Kelaparan Ekstrem Pasca Gencatan Senjata
Turkiye Keluarkan Surat Penangkapan untuk PM Israel Netanyahu Terkait Kejahatan Perang di Gaza
Laura Loomer Peringatkan Ancaman Wali Kota Muslim New York bagi AS & Israel
Rusia Peringatkan Perlombaan Senjata Nuklir Akibat Rencana Uji Coba AS